Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sensasi Pedas Waroeng Spesial Sambal, Bikin Pembeli Berkeringat

Kompas.com - 04/10/2019, 12:22 WIB
Wijaya Kusuma,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Harga untuk sayur ini dipatok dari Rp 2.500 sampai dengan Rp 5.500.

Minuman di Waroeng Spasial Sambal menyediakan berbagai jus buah, selain itu yang istimewa minuman jahe jeruk kencur madu.

"Minuman di kami jenisnya cukup banyak. Yang banyak itu jus, teh, kopi, jeruk, ada juga Jahe jeruk kencur," ungkap dia.

Nuansa tradisional, kental terasa didalam penyajian di Waroeng SS. Sambal disajikan dalam cobek kecil dari tanah liat yang dilapisi daun pisang.

Selain itu, untuk nasinya disajikan dalam bakul yang terbuat dari bambu. Sedangkan centong untuk mengambil nasi juga terbuat dari kayu.

Sementara, untuk piringnya, menggunakan rajutan rotan yang berbentuk lingkaran. Tepat di atas piring rotan tersebut juga dilapisi dengan daun pisang.

Meski saat ini telah memiliki 93 cabang, namun soal rasa tidak perlu diragukan. Kualitas rasa dan kepedasan sambal Waroeng Spesial Sambal di setiap cabang tetap sama.

"Ada standarisasi, jadi dari awal resep itu saya tulis dan semakin ke sini semakin detail," ucap dia.

Baca juga: Ada Warteg di Makau, Cocok untuk Turis Indonesia yang Kangen Sambal

Jika awal-awal resep yang ditulis hanya 10 lembar, saat ini sudah sekitar 600 lembar. Resep yang ditulis lebih detail resep hingga detail prosesnya.

"Sekarang sudah 600 lembar itu bukan karena banyaknya menu, tetapi resep detail, proses juga detail. Proses itu ya misalnya goreng berapa menit, dibalik beberapa kali, terus kalau sambal ya urutan menguleknya," ungkap dia.

Kunci kualitas rasa tetap stabil, lanjut dia, adalah standarisasi bahan baku. Sebab, meski resepnya sama, namun bahan bakunya berbeda, maka rasanya juga akan berbeda.

"Kunci ketiga adalah standarisasi orangnya," beber dia.

Menurutnya, semua menu baik sambal, lauk, sayur maupun minuman semuanya dikerjakan secara manual. Khusus sambal, pengolahanya tetap dengan tradisional yakni diulek.

"Diblander tidak enak, karena kalau diblender itu semua rasa jadi satu, jadi rasanya itu satu. Kalau musik itu, bas dan treblenya itu tidak terasa," tutur dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com