Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Lereng Merapi Jual Ternak untuk Beli Air Bersih Saat Kemarau

Kompas.com - 04/10/2019, 09:35 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kemarau panjang tahun ini membuat sejumlah warga di lereng Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah, terpaksa menjual hewan ternak mereka untuk memberi air bersih.

Sarwo (65), salah satu warga Dukuh Sudimoro, Desa Sangup, Kecamatan Tamansari, Boyolali, mengatakan, sumber mata air yang biasa warga gunakan selama kemarau pun sudah mengering.

Sementara itu, hasil penjualan ternak tersebut biasanya untuk membeli satu air bersih ukuran 6.000 liter dengan harga Rp 300.000.

Air tersebut cukup untuk kebutuhan sehari-hari warga selama kurang lebih 10 hari.

Berikut ini fakta dampak kekeringan di Boyolali:

1. Dampak kemarau sudah terjadi selama 6 bulan terakhir

ILUSTRASI KEMARAU  
KOMPAS/RINI KUSTIASIH ILUSTRASI KEMARAU

Menurut warga Desa Sudimoro, dampak kemarau sudah terjadi sejak enam bulan terakhir, terhitung Mei 2019.

Selama it, warga lereng Gunung Merapi itu mengandalkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dari embung.

Namun, sejak kemarau panjang melanda, sumber mata air di desa tersebut menyusut sehingga pasokan air bersih yang dialirkan ke rumah warga pun berkurang.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari selama musim kemarau, warga Desa Sudimoro harus merogoh kocek untuk membeli air bersih.

"Sejak kemarau ini sumber air menyusut. Jadi untuk kebutuhan air bersih beli saya beli. Satu tangki harganya Rp 300.000," ujar Sarwo.

Baca juga: Hadapi Kekeringan, Warga Boyolali Jual Sapi untuk Beli Air Bersih

2. Jual ternak untuk beli air bersih

Ilustrasi sapi.THINKSTOCKPHOTOS Ilustrasi sapi.

Untuk bisa bertahan hidup, warga terpaksa menjual sejumlah anak sapi milik merek.

Sarni (42) mengaku sudah menjual dua ekor anak sapi perah miliknya untuk membeli kebutuhan air bersih selama musim kemarau.

Satu ekor anak sapi perah ia jual dengan harga antara Rp 5 juta- Rp 6 juta. Menurut dia kalau hanya mengandalkan susu perahnya tidak mencukupi kebutuhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com