"Kalau cuma mengandalkan hasil memerah susu tidak cukup. Jadi harus jual sapi yang masih kecil untuk menambah kebutuhan," ucap Sarni kepada Kompas.com di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (3/10/2019).
Sarni mengatakan, uang dari hasil menjual sapi dia gunakan untuk membeli kebutuhan air bersih dan pakan ternak. Satu truk tangki air bersih ukuran 6.000 liter harganya antara Rp 280.000 - Rp 300.000.
Baca juga: Cerita Warga yang Kekeringan, Terpaksa Mandi ke Sungai yang Airnya Bercampur Kotoran
Sarni menjelaskan, uang dari hasil menjual sapi dia gunakan untuk membeli kebutuhan air bersih dan pakan ternak.
Menurutnya, satu truk tangki air bersih ukuran 6.000 liter harganya antara Rp 280.000 - Rp 300.000, untuk mencukupi kebutuhan kurang lebih selama 10 hari.
Selain air bersih, Sarni juga harus membeli kebutuhan pakan untuk 11 ekor sapi miliknya. Sehari kebutuhan pakan ternaknya mencapai ratusan ribu.
"Kalau ditotal dalam 10 hari itu pengeluaran mencapai Rp 3 juta. Uang itu untuk membeli air bersih, pakan sapi dan kebutuhan lainnya," ujar Sarni.
Baca juga: Air Bersih Tiba-tiba Muncul dari Lahan Gersang, Pemkab Gunungkidul Kirim Ahli
Sarni menyampaikan, dirinya pernah mendapat bantuan air bersih dari pemerintah.
Namun karena tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, Sarni memilih untuk membeli air bersih sendiri.
Sementara itu, Ketua RT 022 Dukuh Sudimoro, Reno Suwiryo menuturkan, sejak kemarau melanda, warga mengandalkan kebutuhan air bersih dengan cara membeli.
Warga di RT 022 ada 37 kepala keluarga (KK) sebagian besar pekerjaannya adalah bertani atau memelihara ternak.
"Pasokan air bersih selama ini dari embung. Tapi sejak kemarau embungnya sudah kering sekarang. Tidak ada airnya," kata dia.
Baca juga: Kekeringan di Gunungkidul, Sumber Air Mulai Habis, Anggaran Menipis
Sarwo (65) menceritakan, kemarau tahun ini lebih lama dibanding tahun sebelumnya.
Biasanya masuk Oktober sudah mulai turun hujan. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda hujan akan turun.
Menurut Sarwo, warga selama ini mengandalkan pasokan air bersih dari sumber mata air di embung tak jauh dari desa. Sejak kemarau panjang sumber air menyusut dan pasokan air berkurang.
"Saya beli air itu sejak puasa. Karena puasa itu sudah tidak turun hujan sampai sekarang," ujar dia.
Dalam sehari Sarwo bisa menghabiskan sekitar 25 liter air untuk sapi-sapinya.
Baca juga: 15 Kecamatan di Jakarta Berpotensi Alami Kekeringan
Sumber: KOMPAS.com (Labib Zamani)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.