Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Hutan: Titik Panas Berkurang, Warga Bisa Lihat Awan dan Langit

Kompas.com - 04/10/2019, 06:16 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Hingga Kamis (3/10/2019) sore, data citra satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menunjukkan setidaknya terdapat 179 titik panas di seluruh wilayah Indonesia.

Khusus di wilayah yang terbakar di lahan gambut seperti Sumatera dan Kalimantan, berkurang drastis.

Penurunan itu, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dipengaruhi oleh hujan buatan yang berlangsung selama sepekan.

Baca juga: Tahun Ini, 4 Perusahaan Asing Milik Malaysia dan Singapura Jadi Tersangka Kebakaran Hutan

Namun BMKG mengingatkan pihak berwenang untuk tetap mewaspadai terjadinya kembali kebakaran hutan dan lahan karena musim kemarau berlangsung hingga akhir Oktober.

Lilis Alice, seorang warga di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, mengaku tak lagi menggunakan masker saat keluar rumah. Sebabnya, kabut asap sudah lenyap diguyur hujan dalam seminggu terakhir.

Tumpukan debu yang sebelumnya menempel di atap rumah, juga hilang.

"Alhamdulilah hujan terus. Sekarang warga sudah bisa lihat matahari, lihat awan, lihat langit," katanya kepada wartawan Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (3/10/2019).

Baca juga: Orangutan Korban Kebakaran Lahan Diselamatkan dari Hutan Ketapang

"Kalau dulu banyak kotoran-kotoran yang terbang dari sisa kebakaran, sekarang enggak ada lagi di rumah penduduk," sambungnya.

Karena tak ada lagi kabut asap dan jarak pandang membaik, aktivitas warga kembali seperti sedia kala. Bahkan, kegiatan belajar mengajar berangsur normal sejak Senin pekan ini.

Anak sulung Lilis yang sempat diungsikan ke Jakarta pun, sudah pulang.

"Kalau minggu kemarin kan pesawat dibatalkan, sekarang lancar. Karena anak saya sama ayahnya diungsikan ke Jakarta karena sekolah juga libur."

Baca juga: Tersangka Perusahaan Kebakaran Hutan dan Lahan Bertambah Jadi 11

 

Jambi masih dikepung kabut asap

Api membara di lahan gambut dekat Kampar, Riau, 16 September lalu. AFP/Getty Images Api membara di lahan gambut dekat Kampar, Riau, 16 September lalu.
Tapi di Jambi kondisinya berbeda. Ratna Dewi, warga di Kelurahan Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi, bercerita kabut asap tebal masih menyelimuti sekitar rumahnya. Jarak pandang tak lebih dari 100 meter dan membuat pemandangan tampak gelap.

"Kalau pagi ini, se-Muaro Jambi kabut tambah tebal. Debu-debu masih berterbangan. Sesak," ujarnya kepada BBC Indonesia.

Sepanjang ingatannya pula, dalam sepekan terakhir hujan baru turun dua kali. Itu pun intensitasnya kecil. Karena itulah ia sempat khawatir, api dari lahan gambut yang terbakar belum padam sepenuhnya.

"Hujan baru dua kali sejak pekan lalu. Terakhir tadi malam, itupun cuma sebentar. Cuma kayak membasahi tanah saja."

Baca juga: Bandara Banjarmasin Terganggu Kabut Asap, 5 Penerbangan Delay

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com