Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Separuh Sekolah Tergerus Proyek Tol, Siswa Terpaksa Belajar di Lapangan

Kompas.com - 03/10/2019, 21:02 WIB
Riska Farasonalia,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Selama tiga tahun belakangan ini, sebanyak 870 siswa yang bersekolah di SMPN 16 Semarang Jalan Prof Dr Hamka, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, masih bertahan dengan kondisi gedung sekolahnya.

Sekolah yang saat ini tinggal separuh, yakni 5.000 meter persegi dari luas sebelumnya sekitar 1 hektar ini terkena dampak dari infrastruktur pembangunan jalan tol Semarang-Batang.

Siswa-siswa mengeluhkan kegiatan belajarnya tidak maksimal lantaran ruang kelasnya harus dipindahkan.

Bahkan sebagian dari mereka yang seharusnya melakukan kegiatan belajar di ruang aula harus berpindah ke lapangan terbuka di bawah terik sinar matahari.

Seperti kegiatan olahraga, latihan tari, taekwondo, silat dan doa bersama sekarang harus berpanas-panasan di luar.

Salah satu siswa kelas IX, Herdin Bergas F (14) mengungkapkan keresahannya dengan kondisi sekolah yang terdampak pembangunan jalan tol tersebut.

"Dulu ada aula, ruang guru, dan ruang BK. Sekarang aulanya belum ada, jadi olahraganya harus panas-panasan di luar," ujar Herdin kepada Kompas.com, Kamis (3/10/2019).

Baca juga: Terdampak Pembangunan Tol Semarang-Batang, Nasib Gedung SMP N 16 Semarang Terkatung-katung

Kondisi sekolahnya saat ini tidak mempunyai fasilitas yang lengkap dibandingkan dengan sebelumnya.

Ruang guru dan ruang BK sudah hilang karena belum ada pengganti. Alhasil ruang guru dipindahkan ke mushala dan sebagian lagi di ruang perpustakaan.

"Ruang guru sekarang dipindah ke mushala dan ruang perpustakaan. Kalau kita mau pinjam buku di perpus jadi ga enak karena banyak guru. Mau baca di sana juga nggak nyaman jadinya," katanya.

Belum lagi ruang UKS-nya kini menjadi sempit, sehingga tidak efektif untuk menampung jumlah siswa pada saat membutuhkan fasilitas kesehatan dari sekolah.

Herdin yang merupakan atlet berprestasi di sekolahnya ini menceritakan, dahulu sewaktu ada pembongkaran, gedungnya terasa seperti terkena gempa. Imbasnya kegiatan belajar menjadi terganggu akibat suara dan getaran dari alat-alat konstruksi.

"Dulu waktu dibongkar terasa kayak ada gempa, suaranya berisik banget dan kerasa banget getarannya. Bahkan banyak debunya," kata Herdin.

Untuk itu, Herdin berharap Pemerintah Kota Semarang segera menindaklanjuti persoalan relokasi gedung sekolah seperti yang sudah pernah dijanjikan.

"Harapannya pemerintah sih cepat menindak lanjuti. Apalagi pak walkot sudah pernah ke sini tahun lalu. Jangan sampailah janjinya palsu kayak janji mantan," celetuknya.

Tunggu janji pemkot

Sementara itu, Kepala SMPN 16 Semarang, Yuli Heriani mengatakan, pihak sekolah masih menunggu tindak lanjut dari Pemerintah Kota Semarang.

Kepala Sekolah SMP N 16 Semarang, Jawa Tengah Yuli Heriani saat ditemui di ruangannya, Kamis (3/10/2019)KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA Kepala Sekolah SMP N 16 Semarang, Jawa Tengah Yuli Heriani saat ditemui di ruangannya, Kamis (3/10/2019)

Sebelumnya, Pemkot Semarang telah menjanjikan relokasi gedung sekolah sebagai upaya penggantian lahan.

Beberapa alternatif penggantian lahan yang telah disetujui pihak sekolah di antaranya lahan yang berada Jalan Prof Hamka, dekat Pizza Hut Ngaliyan, Semarang.

"Walaupun lahannya terlihat kecil tapi ke belakang banyak tanah kosong. Bisa untuk lapangan. Jadi paling tidak bisa digunakan siswa untuk latihan olahraga secara optimal," ujar Yuli.

Baca juga: Pelaku UMKM Kendal Keluhkan Harga Sewa Rest Area Tol Semarang-Batang

Mengingat SMPN 16 Semarang cukup banyak mencetak atlet-atlet berbakat yang turut menyumbang prestasi di berbagai kejuaraan tingkat provinsi maupun nasional, Yuli berharap Pemkot Semarang segera menepati janjinya, sehingga guru dan para siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan nyaman.

"Sudah disampaikan semua keluhannya kepada Pemkot Semarang. Dulu waktu pembangunan tol tahap 1 juga sudah pernah dibuatkan site plan, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan. Sudah terlalu lama," jelas Yuli yang telah menjabat sebagai kepala sekolah selama 16 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com