Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Bakso Pak Dhi: Awalnya Berjualan Keliling hingga Jadi "Makanan Wajib" di ITS

Kompas.com - 03/10/2019, 09:56 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pardi mengelilingi perumahan di kawasan Mulyosari, Surabaya, Jawa Timur, sambil memikul dagangan bakso yang dijualnya.

Berat beban yang ia harus pikul, karena tak memiliki gerobak bakso beroda yang bisa ditarik.

Tempatnya menjajakan bakso biasanya di perumahan dosen dan sesekali di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Berdagang bakso pikul keliling merupakan 'kerjaan' Pardi ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota Pahlawan, tanah perantauannya, tahun 1980.

Baca juga: Ada Bakso Isi Durian, Bagaimana Rasanya?

"Mulai kerja jualan bakso dulu ikut orang, mikul muter di kampus (ITS) juga. Terus pakai sepeda ontel dua tahun. Tahun 1985, saya memberanikan diri pakai gerobak," kata Pardi, kepada Kompas.com.

Pendapatannya saat itu tergolong minim dan juga melelahkan karena harus memikul gerobak bakso setiap harinya.

Namun, hal itu tetap dilakoninya sebagai sebuah proses hidup. "Namanya orang jualan masih manggul dulu, ya penghasilannya masih ngepres," cerita Pardi.

Pindah ke ITS

Sejumlah mahasiswa mengantre dengan berbaris untuk mengambil bakso di Bakso Pak Dhi, Kantin Arsitektur ITS, Surabaya.KOMPAS.com/GHINAN SALMAN Sejumlah mahasiswa mengantre dengan berbaris untuk mengambil bakso di Bakso Pak Dhi, Kantin Arsitektur ITS, Surabaya.

Memasuki tahun 1990, Pardi mulai sering berjualan di ITS, tepatnya di pusat parkiran mobil. Barulah pada tahun 1995, pihak kampus memintanya untuk berjualan di Kantin Arsitektur.

Saat itu, memang banyak pegawai yang menyukai bakso buatan pria asal Sragen, Jawa Tengah itu.

Biar para pegawai itu tidak kesulitan untuk membeli bakso, Pardi akhirnya diminta untuk berjualan di ITS.

"Dulu jualan di ITS, nyangkruk-nyangkruk di parkiran, akhirnya kok ada orang beli. Jadi lama-lama terus disuruh jualan di sini," tutur Pardi.

Penghasilan Pardi meningkat setelah berjualan di ITS. Meski demikian, jika dihitung-hitung, pendapatannya tidak berbeda jauh saat masih jualan keliling.

Baca juga: Mobil Karya Anak Bangsa dari ITS Ikut Konvoi Formula E di Monas

Alasannya, bahan-bahan yang dipakai untuk berjualan bakso itu juga ikut naik.

"Kalau sekarang (pendapatannya) ya lumayan, tetapi kan ya mengikuti harga (bahan pokok). Makanya hasilnya banyak. Tapi ya harga bahan naik, ya sama saja kalau dikurskan dengan yang dulu keuntungannya," ucap Pardi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com