Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puting Beliung Tiba-tiba Menerjang, Ibu Ini Panik Sampai Lari Tinggalkan Bayinya

Kompas.com - 01/10/2019, 20:08 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sementara itu, Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani menyebut, sebanyak empat rumah rusak akibat angin puting beliung.

Termasuk salah satunya rumah dari kedua orangtua bayi tersebut.

"Hasil assessment sama tim BPBD dan itu ada 4 rumah rusak, 1 rusak berat, 1 rusak ringan dan 2 rusak sedang. Untuk rumah pak Agus Indrayono itu anaknya (bayi) tertimpa reruntuhan tembok," ujarnya

Ia melanjutkan, bayi yang terdampak puting beliung itu diketahui setelah adanya laporan dari pegawai desa.

Beruntungnya kata dia, puting beliung tidak merusak fasilitas umum, seperti, mushala, sekolah dan MCK.

"Memang di Kabupaten Bogor itu banyak rumah yang dibangunnya itu enggak pakai beton enggak ada cor-corannya, jadi kena puting beliung ataupun gempa dikit langsung hancur, biasanya yang sudah-sudah begitu. jadi enggak ada penyangga untuk saling keterkaitan sama tembok satu sisi sama lainnya. Cuman batako saja," terangnya.

Baca juga: Puting Beliung Rusak Rumah Warga di Asahan, Tower dan Tiang Listrik Roboh

Rawan bencana

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (BMKG) Bogor, melalui Prakirawan Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Bogor, Asep Firman Ilahi mengatakan, daerah-daerah di Kabupaten Bogor bagian Utara, Selatan, Barat, Timur dan Sukabumi Utara serta Cianjur Barat diprakirakan akan masuk awal musim hujan pada dasarian bulan Oktober ini.

Pada musim pancaroba biasanya ditandai dengan udara yang sangat panas dan lembab, hujan dalam durasi singkat namun disertai dengan angin kencang dan kadang-kadang bersama dengan petir.

Pada saat-saat tertentu, angin kencang dapat bertiup dengan kecepatan 25 - 45 km/jam. Angin ini dapat menumbangkan pohon dan menerbangkan atap rumah.

Ia pun mengimbau, saat terjadi hujan deras disertai angin kencang dan petir, warga bisa berlindung pada tempat yang aman, misalnya jauh dari tebing, pohon besar, daerah terbuka (sawah/lapangan) atau daerah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTET).

Baca juga: Diterjang Puting Beliung, 85 Rumah di Solok Selatan Rusak

Selain itu, lakukan mitigasi bencana sedini mungkin misalnya dengan menyediakan tas siaga bencana yang berisi perlengkapan pertolongan pertama lalu bisa menghubungi paramedis terdekat serta melakukan siaga dengan berkoordinasi dengan lembaga terkait (BNPB).

"Selain itu ditandai juga dengan mewabahnya berbagai penyakit karena perubahan tekanan udara, mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko penyakit bisa membawa jaket hujan ketika bepergian, memenuhi asupan makanan gizi seimbang, mengkonsumsi vitamin yang cukup dan berolahraga teratur," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com