Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Para Mahasiswa Demonstran, Kendaraan Dirazia hingga Didukung Masyarakat

Kompas.com - 01/10/2019, 16:22 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Gelombang aksi mahasiswa di sejumlah kota mengklaim mengawal demokrasi demi keadilan bagi seluruh kelompok masyarakat. Bersama gerakan sipil lainnya, beragam aksi mereka menjadi salah satu isu utama publik.

Mereka punya tujuh tuntutan terutama pembatalan rancangan undang undang bermasalah, termasuk UU KPK yang telah disahkan.

Aksi ini kini mendesak Presiden Jokowi mengeluarkan perppu untuk membatalkan UU KPK. Sebelumnya, pemerintah dan DPR juga sepakat menunda sejumlah RUU yang kontroversial, termasuk RKUHP.

Baca juga: Kerugian Kerusakan Gedung DPRD Sumbar Saat Demo Mahasiswa Rp 2,5 Miliar

Di sisi lain, polisi merazia dan menangkap sejumlah mahasiswa. Dua peserta unjuk rasa mahasiswa di Kendari meninggal dunia. Sementara ratusan mahasiswa dan puluhan polisi disebut terluka akibat bentrokan.

Menurut pengamat politik, demonstrasi mahasiswa kali ini penuh kejutan: kreatif, cair, tapi tetap serius menuntut perubahan. Gelombang besar unjuk rasa mereka difasilitasi media sosial.

Baca juga: 4 Fakta Baru 2 Mahasiswa UHO Kendari Tewas Saat Demo, Ditemukan 3 Proyektil hingga 13 Polisi Ditahan


'Diputar-putar sopir bus'

Sejumlah mahasiswa dan pelajar salat Maghrib berjamaah di tengah unjuk rasa di Gedung Sate, Bandung, Sabtu (28/09). ANTARAFOTO/RAISAN AL FARISI Sejumlah mahasiswa dan pelajar salat Maghrib berjamaah di tengah unjuk rasa di Gedung Sate, Bandung, Sabtu (28/09).
Perjalanan 250 mahasiswa dari Semarang ke Jakarta untuk bergabung dalam aksi demonstrasi 24 September 2019 lalu tak mulus.

Mahasiswa dari Universitas Negeri Semarang (Unes) dan Universitas Diponegoro mengaku berkali-kali mendapat tekanan, mulai dari kampus, razia kendaraan sampai sopir memulangkan mereka kembali ke kotanya.

Setidaknya itu yang dirasakan Saiful Muhjab, presiden mahasiswa Unes.

Sebelum berangkat, kata Saiful, ia harus menghadapi koleganya sendiri dari unit Resimen Mahasiswa (Menwa).

"Ada laporan ke birokrasi kampus, kemudian Menwa menyisir anak-anak yang berangkat siapa saja," katanya kepada BBC Indonesia.

Baca juga: Berkah Pemulung di Balik Aksi Demo di Bandung

Tapi negosiasi terus dilakukan. Jadwal berangkat ke Jakarta pukul 22.00 WIB menggunakan lima bus akhirnya ditunda hingga 00.30 WIB.

"Sampai di Tegal. Tadinya mau lewat tol, tapi juga dicegat oleh kepolisian dari pihak polres. Akhirnya kita tak lewat tol," kata Saiful.

Baca juga: Fakta Kematian Mahasiswa Unila Saat Diksar Mapala, Sempat Izin Ikut Demo hingga Diduga Kelelahan

Mahasiswa di Solo mengadakan aksi solidaritas untuk dua mahasiswa di Kendari yang meninggal dunia saat berunjuk rasa, pekan lalu. ANTARAFOTO/MOHAMMAD AYUDHA Mahasiswa di Solo mengadakan aksi solidaritas untuk dua mahasiswa di Kendari yang meninggal dunia saat berunjuk rasa, pekan lalu.

Tapi lewat jalur biasa bukan berarti tanpa halangan. Pukul 03.00 dini hari, bus mereka dirazia aparat di depan kantor Polres Brebes.

SIM dan STNK dipegang sopir bus mereka. Tiga bus dipersilakan jalan. Tapi mahasiswa kompak, harus sampai Jakarta tanpa satu pun balik ke Semarang.

Akhirnya pukul 9 pagi, mahasiswa memutuskan untuk mengganti Perusahaan Otobus (PO) bus.

"Akhirnya rugi ongkos juga. Karena kita patungan Rp100.000 per mahasiwa," lanjut Saiful.

Baca juga: Ganjar Minta Pimpinan DPRD Jateng Belajar dari Demo Mahasiswa

Setelah mendapat bus baru dengan pelunasan uang sebesar Rp37 juta hasil patungan dan tambahan uang organisasi, mereka pun melesat menuju Jakarta.

"Sampai akhirnya di perjalanan itu, sudah sampai di Tol Cirebon. Ternyata, kita yang lagi lengah, lagi ngantuk, saya juga tidur di situ. Anak-anak mulai ramai di grup, kok arahnya balik lagi ke Semarang," kata Saiful.

Baca juga: Rektor Unram Jenguk 24 Mahasiswa yang Ditahan Polda NTB

Mahasiswa di Salatiga turut berunjuk rasa menentang sejumlah RUU yang mereka anggap kontroversial. ANTARAFOTO/Aloysius Jarot Nugroho Mahasiswa di Salatiga turut berunjuk rasa menentang sejumlah RUU yang mereka anggap kontroversial.

Lalu ia bangkit dari kursi, melempar tempat sampah ke arah depan sopir bus. "Terus akhirnya aku teriak, ambil hape rekam semuanya, kabarkan ke semua bus, kita dijebak. Kita disabotase," cerita Saiful.

Singkat cerita, Saiful kembali bernegosiasi dengan sopir di area peristirahatan jalan tol.

"Ternyata ada tekanan langsung dari pimpinan (perusahaan bus). Dan bironya itu, parahnya (diancam) mau dibekukan PO-nya oleh kepolisian," klaimnya.

Baca juga: Universitas Halu Oleo Tuntut Pengusutan Kematian 2 Mahasiswa secara Transparan

Setelah bernegosiasi, akhirnya sopir bus mengalah. Mereka mengantar mahasiswa dari Semarang ke Jakarta. Setibanya di Jakarta, Selasa sore (24/09), aksi mahasiswa di halaman gedung DPR sudah tidak terkendali. Meriam air dan gas air mata dimuntahkan ke arah pengunjuk rasa.

Sebanyak 250 mahasiswa rombongan dari Semarang akhirnya bertahan di kampus Universitas Negeri Jakarta hingga malam. Mereka melakukan doa bersama untuk kolega mereka yang menjadi korban dalam aksi unjuk rasa.

Baca juga: Polisi Akan Tangguhkan Penahanan 3 Mahasiswa Tersangka Perusakan Gedung DPRD Sumbar


'Didukung masyarakat'

Mahasiswa di Serang, Banten, menggelar aksi teatrikal dalam rangkaian unjuk rasa mereka, Jumat (27/09). ANTARAFOTO/Weli Ayu Rejeki Mahasiswa di Serang, Banten, menggelar aksi teatrikal dalam rangkaian unjuk rasa mereka, Jumat (27/09).
Mahasiswa dari Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Sayid Ferhat bersama ribuan mahasiswa di Kalimantan Timur melakukan aksi jalan kaki dari depan Masjid Islamic Center ke kantor DPRD Kaltim.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com