Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ganjar: Jangan Mengaku Pancasila Jika Masih Korupsi

Kompas.com - 01/10/2019, 13:52 WIB
Riska Farasonalia,
Khairina

Tim Redaksi

SEMARANG.KOMPAS.com - Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar upacara di halaman Kantor Gubernur Jateng, Selasa (1/10/2019).

Namun, ada yang berbeda dalam upacara kali ini, Pemprov Jateng mengundang mahasiswa dari perguruan tinggi di Kota Semarang seperti Unimus, Unnes, Undip dan sejumlah SMA dan SMK, serta tokoh agama.

Selain itu, nampak seluruh karyawan Pemprov Jateng mengenakan busana adat Nusantara.

Baca juga: Ganjar Minta Pimpinan DPRD Jateng Belajar dari Demo Mahasiswa

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebagai inspektur upacara terlihat mengenakan busana adat Bali, sedangkan Sekda Jateng Sri Puryono mengenakan busana adat Padang.

Ganjar Pranowo dalam amanat upacara menegaskan, Pancasila menjadi dasar negara yang tidak bisa digantikan ideologi apapun. Gempuran dari mana saja, Indonesia tetap kuat karena masyarakatnya memiliki dasar yang kuat, yakni Pancasila.

"Dari Jateng kita berbhinneka tunggal ika. Pancasila jangan hanya sekedar slogan atau hapal, bukan juga dengan bendera, tapi mengimplementasikan kesadaran. Jangan mengaku Pancasila jika masih berkorupsi, gunakan jabatan untuk kepentingan tidak benar. Kalau ada rembug ya dirembug, duduk bersama," harap Ganjar.

Penggunaan busana adat Nusantara dalam upacara itu pun diharapkan dapat menjadi implementasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Cegah Aksi Demo Pelajar, Ini yang Dilakukan Ganjar Pranowo

Selain itu, berkaca pada aksi demonstrasi pekan lalu, Ganjar mengaku mahasiswa di Jateng saat menyampaikan aspirasinya sangat baik.

Selain santun, juga penuh tanggung jawab karena tidak meninggalkan sampah dan merusak taman.

Meskipun pada waktu demo, gerbang kantor roboh, karena saking banyaknya mahasiswa yang berkumpul di depan gerbang.

"Siswa SMK di Jateng saya harap tidak ikut-ikutan. Tugas pelajar itu ya belajar. Pelajar itu masih dalam pengawasan orangtua maupun guru, karena masih kategori anak," pesannya.

Sementara itu, mahasiswa semester satu Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) Nugroho Fakhrurozi mengaku tak bisa menahan air matanya ketika mendapat undangan sekaligus mewakili kampusnya.

Usai mendengarkan amanat upacara dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Ozi, sapaan akrab Nugroho Fakhrurozi, mengaku terharu dan sedih dengan kondisi bangsa saat ini. Demo yang berujung kerusuhan hingga menelan korban jiwa dan korban materiil baginya tak seharusnya terjadi.

"Mengamati kondisi sekarang, sangat menyesakkan. Saya berharap, ini segera berakhir. Tolonglah, kawan-kawan mahasiswa dan seluruh rakyat Indonesia, jaga persatuan, jangan ada perpecahan, jaga Pancasila, jangan mudah terprovokasi," ujarnya sambil menahan isak.

Komentar serupa juga disampaikan siswa Kelas 2 SMK Negeri 7 Semarang Hudzalifah. Selain bangga bisa mewakili sekolahnya dalam upacara, ia menanggapi demo dan kerusuhan di beberapa daerah seharusnya tidak terjadi. Bahkan, ketika siswa-siswa SMK turut ikut aksi.

"Pelajar itu tugasnya belajar, bukan ikut aksi. Apalagi bikin rusuh. Teman-teman di Semarang semoga tidak ada yang seperti itu, dan semoga segera reda," harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com