MAGETAN, KOMPAS.com – Kepala Desa Kleco Kabupaten Magetan Jawa Timur mengaku sudah berkali-kali mengajukan nama Mbah Sadinah (75) janda sebatang kara yang terpaksa menjual 3 buah sendok miliknya untuk membeli beras.
Kepala Desa Kleco Wandojo Purwanto mengatakan, meski telah berkali-kali diusulkan sebagai penerima bantuan baik beras miskin maupun BPJS, namun nama Sadinah tidak pernah terdaftar sebagai penerima bantuan.
UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu Mbah Sadinah. Sumbangkan sedikit rezeki Anda untuk membantu meringankan beban Mbah agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.
“Kalau desa sudah berkali kali mengusulkan, tapi setiap keluar nama penerima bantuan dari pusat, nama Mbah Sadinah tidak pernah ada,” ujarnya, di Kantor Desa Kleco, Senin (30/9/2019).
Baca juga: Nenek yang Jual Sendok untuk Makan Tak Pernah Dapat Raskin dan Tak Punya BPJS
Wandojo menambahkan, selain Sadinah, masih ada 4 janda renta lainnya yang selayaknya mendapat bantuan dari pemerintah namun tidak pernah terdaftar sebagai penerima bantuan meski telah diajukan.
Dia mengaku tidak bisa berbuat apa apa meski banyak penerima bantuan di desanya yang justru masih muda.
“Iya, banyak yang menerima bantuan usianya lebih muda. Kami tidak bisa berbuat apa apa karena data penerima bantuan itu dari pusat,” tambahnya.
Baca juga: Mbah Sadinah Terharu Saat Sendok yang Dia Jual untuk Makan Dikembalikan
Menurut Wandojo, saat ini pihak desa juga terus mengupayakan Mbah Sadinah dan 4 janda lainnya mendapat bantuan dari pemerintah pusat dan bantuan program Bunda Kasih, program pemerintah daerah Magetan untuk memberikan bantuan makan setiap hari kepada lansia yang hidup sebatang kara.
”Kemarin untuk program Bunda Kasih hanya mendapat jatah 3, Mbah Sadinah juga tidak masuk,” ucap Wandojo.
Diberitakan sebelumnya, Mbah Sadinah (75) warga Desa Kleco Kabupaten Magetan yang hidup sebatang kara terpaksa menjual 3 buah sendok kepada tetangganya.
Dia mengaku terpaksa menjual 3 sendok miliknya untuk membeli beras karena tidak memiliki uang.
Mbah Sadinah terpaksa melakukan itu, karena uang yang dikumpulkan dari mencari sisa-sisa padi dan kacang di lahan milik warga yang selesai panen tak cukup untuk sekadar makan.
Meski telah berusia senja, namun Mbah Sadinah masih harus menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja mencari sisa-sisa padi atau kacang di sawah warga yang usai panen.
Terkadang, dia juga mencari reruntuhan buah kapuk atau membuat keripik gadung untuk sekedar makan.
“Kerjanya hanya ngasak (mencari sisa) gabah sama kacang. Kadang seminggu baru bisa menjual hasilnya,” katanya.