Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nglarak Blarak, Pacuan Kereta dengan Pelepah Kelapa yang Mendunia

Kompas.com - 30/09/2019, 09:37 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Pemain ketika bertugas joki. Ia mengawali dengan berjalan cepat dengan alas kaki sepet yang diterimanya. Ia berjalan menuju kereta dari pelepah pohon kelapa di mana 3 pemuda kekar sudah siap menariknya.

Aksi Dinda dan kawan-kawan berlangsung di awal kompetisi Nglarak Blarak tingkat Kecamatan Galur yang berlangsung di lapangan Desa Brosot.

Tak ada tim yang mau mengalah dalam tiap pertandingan di sini. Tiga laki-laki berbadan kekar menarik kencang kereta blarak demi mengejar ketinggalan. Akibatnya, tidak sedikit joki yang terhempas ke tanah ketika blarak dipacu.

Ketengangan meningkat seiring cuaca panas sepanjang pertandingan. Warga berkali-kali histeris di tengah ketegangan itu. Sementara itu, tiap tim selalu menyambut kemenangan dengan selebrasi sambil menari.

 

Permainan tradisional tempo dulu

Awalnya nglarak blarak diyakini berkembang di masyarakat penyadap (penderes) nira kelapa di perbukitan Menoreh. Mereka memanfaatkan pelepah kelapa sebagai kereta tunggangan.

Sambil menyeret pelepah daun kelapa, permainan mereka juga memanfaatkan bumbung bambu yang biasa digunakan sebagai wadah nira hasil sadap.

Mereka lantas adu cepat memperebutkan bumbung ini.

Seorang pakar seni budaya Kulon Progo mencipta permainan dengan kreasi yang lebih menarik untuk dimainkan, enak ditonton, sekaligus menyehatkan.

Ia memadu rekreasi, edukasi, sekaligus prestasi sehingga bisa menghibur semua pengunjung. Kreasi ini mempertemukan 2 tim yang saling berlawanan.

Masing-masing tim terdiri 3 perempuan dan 3 laki-laki. Mereka akan adu cepat mengelilingi arena berbentuk lapangan persegi empat. Adu cepat itu dilakukan sambil menarik kereta blarak demi memperebutkan bumbung.

Permainan berlangsung tiga babak. Banyak wasit dan juri terlibat sepanjang pertandingan itu. Nglarak blarak juga terkesan sangat meriah karena tetabuh gamelan para supporter tiap tim.

Sejak kemunculan olahraga tradisional ini, nglarak blarak semakin diterima masyarakat. Ada yang menyebutnya sebagai Nglabrak. Permainan ini bahkan pernah terpilih sebagai perwakilan DIY dalam ajang Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional 3 tahun yang lalu.

Nglabrak juga mewakili Indonesia dalam ajang The Association For International Sport for All (TAFISA) World Games 2016.

Pemerintah kabupaten mendorong Nglabrak semakin bergairah melalui kompetisi mulai tingkat dusun hingga tingkat kabupaten dengan harapan semakin diterima di semua lapisan masyarakat. Berlangsung awal di 2017.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com