Sebelum menghilang selama tiga hari, Fera ternyata dijemput seorang laki-laki di tempat ia bekerja.
Hal ini diketahui saat kakak korban, Putera (30) hendak menjemput korban yang bekerja sebagai kasir toko di kawasan bilangan Jalan Jenderal Sudirman Palembang.
Biasanya Putera menjemput Fera setelah selesai bekerja.
Pihak keluarga mulai menaruh curiga sejak Fera didapati tewas dengan cara tak wajar. Nama Deri Permana (DP) akhirnya muncul.
Bukan tanpa sebab, sebelum tewas Fera selalu mengeluhkan bahwa dia diperlakukan kasar oleh DP yang saat itu sedang menjalani masa pendidikan sebagai anggota TNI dari satuan Rindam II Sriwijaya.
"Anak saya pernah dipukul selama mereka pacaran dengan Deri. Dia tidak berani melawan karena tidak ada yang menolong. Jadi anak saya tidak mau lagi dengan pacarnya itu," kata Suhartini, ibu Fera.
Tak tahan dengan tingkah DP, Fera memutuskan mengakhiri hubungannya yang telah dijalin sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Namun, DP lagi-lagi selalu mencari korban.
Setelah dilakukan penyelidikan, Prada DP yang masih menjalani masa pendidikan ternyata telah kabur dari satuannya tanpa keterangan jelas. Ia pun menjadi buronan Denpom II Sriwijaya.
Penyidik Polda Sumsel memastikan bahwa pembunuh serta pemutilasi Fera merupakan Prada DP.
Kepastian itu terungkap setelah polisi melakukan olah TKP serta mengumpulkan barang bukti usai menemukan jenazah Fera.
Prada DP ditangkap
Foto Prada DP telah disebar di berbagai wilayah jajaran Kodam II/Sriwijaya mulai dari Sumsel, Bengkulu, Jambi, Lampung hingga Bangka Belitung (Babel).
Penyebaran itu dilakukan untuk mempersempit ruang gerak Prada DP.
Setelah buron selama satu bulan, Prada DP akhirnya ditangkap oleh Detasemen Polisi Militer (Denpom) Sriwijaya, di sebuah padepokan di Kabupaten Serang, Banten, Kamis (13/6/2019).