Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Gempa Mulai Terserang Penyakit, Bupati Seram Barat Akui Kewalahan

Kompas.com - 28/09/2019, 18:40 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Warga korban gempa yang mengungsi di sejumlah lokasi pengungsian di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Maluku mulai terserang berbagai macam penyakit, Sabtu (28/9/2019).

Umumnya penyakit yang menyerang warga di lokasi pengungsian seperti diare, pusing karena kurang tidur, sakit kepala hingga demam.

Kondisi tersebut makin parah lantaran di lokasi pengungsian tidak tersedia fasilitas MCK bahkan tenaga medis pun tidak ada.

“Di sini warga mau buang hajat saja harus ke kali, tidak ada tenaga medis disini,” kata Sunaryo salah seorang pengungsi warga Desa Gemba, Kecamatan Kairatu kepada Kompas.com, Sabtu.

Baca juga: Data Sementara Gempa Ambon: 374 Rumah Rusak, 9 Warga Tewas

Dia menyebut, selain pusing dan diare serta sakit kepala, saat ini ada beberapa pengungsi yang sakit parah dan belum tertangani secara medis,

“Iya pak ada yang kondisinya parah di sini juga, tapi mau bagaimana lagi,” ujarnya.

Selain di Gemba, di beberapa lokasi pengungsian warga juga mengaku mulai terserang penyakit. Sayangnya mereka hanya bisa bertahan, lantaran tidak ada obat-obatan dan tenaga medis.

”Ada banyak yang sakit disini juga, tapi kasihan tidak ada tenaga medis,” kata Hafid warga Kecamatan Amalatu yang mengungsi di Gunung Hitu desa tersebut.

Baca juga: Kehujanan, Pengungsi Gempa Ambon Minta Selimut dan Tenda

Terkait kondisi para pengungsi itu, Bupati SBB Muhamad Yasin Payapo mengatakan telah memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan dan seluruh pimpinan rumah sakit dan Puskesmas yang ada di wilayah itu untuk menerjunkan tim medis ke lokasi-lokasi pengungsian.

“Saya sudah perintahkan langsung kepala dinas kesehatan dan juga seluruh puskesmas menyalurkan obat-obatan dan membantu para pengungsi yang sakit,” ujarnya.

Dia mengaku selain bantuan tenaga medis dan obat-obatan, pemerintah kabupaten SBB juga telah menyalurkan bantuan sembako berupa beras, 4.000 kelambu dan mie instan dan ikan kaleng ke sejumlah titik lokasi pengungsian.

Baca juga: Situasi Gempa Ambon Terkini: 484 Gempa Susulan, 25.000 Orang Mengungsi

Dia mengakui banyaknya pengungsi yang tersebar di sejumlah titik pengungsian membuat pihaknya sedikit kewalahan untuk menyalurkan bantuan.

“Sampai hari ini penyaluran bantuan masih dilakukan, ada beberapa lokasi pengungsian yang memang belum didatangi karena pengungsinya terlalu banyak, untuk Kecamatan Amalatu hari ini kita akan bergerak kesana,”ungkapnya.

Gempa 6,8 magnitudo sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) tsekira pukul 08.46 Wit.

Baca juga: Situasi Gempa Ambon Terkini: 484 Gempa Susulan, 25.000 Orang Mengungsi

Adapun lokasi gempa berada pada titik koordinat 3.38 Lintang Selatan,128.43 Bujur Timur atau berjarak 40 km Timur Laut Ambon-Maluku dengan kedalaman 10 Km.

Akibat gempa tersebut tercatat 24 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami kuka-luka.

Selain itu gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan rumah-rimah warga, sekolah, rumah ibadah, perkantoran dan fasilitas publik lainnya.

Kompas TV Para korban gempa ini tak punya banyak pilihan. Tapi bagi sebagian pengungsi tinggal dalam tenda di Lapangan Hatukau Batu Merah lebih baik dari pada kembali ke rumah. Beberapa waktu ini gempa susulan masih mengguncang.<br /> <br /> Hujan turun semalam membuat kondisi pengungsian tak nyaman. Tenda dengan alas seadanya basah. Para ibu memutar otak agar buah hatinya tak kedinginan. Gempa bermagnitudo 6,8 mengguncang maluku pada kamis (26/9/2019) pagi. Selain merusak bangunan 19 orang meninggal dunia. #Gempamaluku #Pengungsian #Maluku
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com