Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelecehan Seksual di Huntara Korban Gempa Palu, dari Cermin di Toilet hingga Rekam Video

Kompas.com - 26/09/2019, 13:50 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Kekerasan terhadap perempuan dan anak di hunian sementara untuk penyintas gempa di Palu mencapai 14 kasus berdasarkan data dari Januari hingga Juli 2019.

Data itu disampaikan Perkumpulan Lingkar Belajar untuk Perempuan (LIBU Perempuan).

Direktur LIBU Perempuan, Dewi Rana Amir, mengungkapkan dari 14 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan ke lembaganya dari Januari hingga Juli 2019, separuhnya adalah kasus pelecehan seksual, yakni mengintip perempuan yang sedang mandi.

Baca juga: Tidak Terima Jatah Hidup, Puluhan Penyintas Gempa Palu Datangi Kantor Sosial

Modusnya adalah menyimpan cermin di kamar mandi hingga melubangi dinding lalu merekam dengan kamera ponsel.

Modus yang terakhir disebutkan terjadi di salah satu rumah hunian sementara (huntara) di Palu.

“Korbannya seorang ibu muda yang sedang mandi. Yang memvideokan anak SMA,” ujar koordinator LIBU, Maya Shafira.

 

Pemerintah dan sejumlah donor mendirikan huntara sebagai rumah sementara untuk para penyintas gempa di pesisir Teluk Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, pada 28-29 September tahun lalu.

Hingga saat ini, di Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong telah dibangun 699 huntara.

Setiap huntara itu terdiri dari sejumlah blok. Mirip bedeng, satu blok terdiri dari beberapa bilik, biasanya 12, meskipun ada yang satu blok hanya empat bilik.

Biliknya rata-rata berukuran 5 x 4 meter walau ada yang lebih kecil. Satu bilik diperuntukkan bagi satu kepala keluarga.

Saat ini sebanyak  8.808 kepala keluarga dengan sekitar 33.092 jiwa tinggal di penampungan ini.

Para penyintas tinggal di huntara ini sampai huntap selesai dibangun. Huntap adalah akronim dari hunian tetap—sebuah rumah pengganti.

Diperkirakan mereka akan tinggal di huntara dua tahun, bisa juga lebih lama lagi.

Kekerasan oleh suami

Namun, bagi Vindy (40), belum juga setahun tinggal di huntara, hidupnya sudah nyaris tamat.

Gara-gara urusan sepele, soal lampu, ibu tiga anak ini pada Juni lalu dihajar suami sirinya, Hakim (30), sampai korban babak belur.

Menurut Vindy, sebenarnya, sang suami sudah bersikap kasar kepadanya sejak sebelum mereka tinggal di huntara.

“Sejak menikah 2017,” ujar dia.

Namun, setelah mereka tinggal di huntara, kekasarannya menjadi-jadi. Serasa di neraka saja jadinya.

Puncaknya pada Juni 2019. Waktu itu kakaknya datang mengunjunginya di huntara. Vindy amat menghormati kakaknya ini karena sering diberi makan. Sementara suaminya tidak bekerja.

Baca juga: Kisah Helmi, Penyintas Gempa Palu Sewakan Hanbok Korea di Hutan Kota

 

Untuk menyenangkan kakaknya, dia menyalakan lampu. Namun, suaminya yang sedang tidur minta lampu itu dimatikan kembali sambil marah-marah.

“Akhirnya kakakku so bamarah. Dia pukul paituaku (suami),” katanya.

Akibat keributan itu, hakim hengkang ke rumah orangtuanya di Mamboro. Selang beberapa hari, Vindy mendatangi rumah mertuanya untuk mendamaikan keributan itu. Tapi di sana ia malah dianiaya suaminya.

“Dia pukul saya dari belakang dan saya pun terjatuh. Kemudian dia injak lagi saya sambil mengatakan ‘Sudah begini kau injak-injak harga dariku’. Begitu dia bilang,” ujarnya.

Dengan berat hati Vindy melaporkan penganiayaan itu ke polisi. Karena keduanya menikah secara agama, tidak ada buku nikah, suaminya dilaporkan untuk pasal tindak penganiayaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com