Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Wamena: Rasisme atau Tawuran Pelajar?

Kompas.com - 24/09/2019, 11:01 WIB
Rachmawati

Editor

Kepala Dinas Kesehatan Papua, Aloysius Giyai, mengonfirmasi terdapat empat orang tewas pascakericuhan. Kata dia, satu orang tewas dari pihak TNI, dan tiga lainnya dari warga sipil.

"Satu pakai almamater (mahasiswa). Yang dua belum dipastikan," kata Aloysius kepada BBC Indonesia sambil menambahkan sambil menambahkan, seluruh korban tewas karena luka.

"Tapi saya belum lihat lukanya seperti apa," tambahnya.

Baca juga: Pasca-kerusuhan di Wamena, 100 Warga Mengungsi di Rumah Anggota Polisi

Selain empat korban tewas, terdapat 10 korban luka hingga pukul 14.00 WIT. "Saya belum cek ada penambahan atau tidak," kata Aloysius.

Terkait identitas korban tewas, Aloysius belum mau membeberkan. Menurutnya, saat ini RS Bhayangkara masih melakukan identifikasi.

Kapolda Papua, Irjen Pol Rudolf A Rodja, menyebutkan bahwa ratusan mahasiswa yang eksodus dari kota studi luar Papua ingin mendirikan posko di halaman kampus Uncen, Abepura, Kota Jayapura.

"Jadi mereka ini adalah mahasiswa luar Papua yang tanpa izin dari Uncen mau mendirikan posko mahasiswa dan itu tidak dibenarkan," kata Rudolf kepada kantor berita Antara di Abepura, Kota Jayapura, Senin siang.

Baca juga: Situasi Wamena Senin Malam Kondusif, Aparat Siaga 24 Jam

Menurutnya, Polda Papua dibantu Brimob BKO Nusantara telah membubarkan mereka.

"Jadi, kita bubarkan mereka supaya tidak jadi posko dan perkuliahan di Uncen tidak macet. Karena hari ini ada Sidang Umum PBB hari pertama, kami dari Polri tidak ingin hal ini jadi negatif buat kami, sehingga kami berusaha untuk bernegosiasi untuk pulangkan mereka," katanya lagi.

Rudolf menambahkan, jumlah mahasiswa eksodus dari berbagai wilayah di Indonesia mencapai sekitar 600 orang.

"Lumayan jumlahnya, ada 20 mobil (truk) yang angkut dikalikan 30 orang. Mereka kita kembalikan ke Ekspo Wamena, karena titik kumpul mereka di sana," katanya.

Dalam demonstrasi tersebut, seorang prajurit Yonif 751/Raider bernama Praka Zulkifli meninggal dunia.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas hingga Dugaan Keterlibatan Benny Wenda di Rusuh Jayapura

Prajurit yang sedang diperbantukan sebagai pengemudi kendaraan dinas truk pengangkut pasukan ini disebut mengalami luka bacokan di kepala bagian belakang setibanya di daerah Expo Waena.

"Massa AMP (Aliansi Mahasiswa Papua) yang baru turun dari kendaraan berbalik menyerang aparat keamanan yang mengawal mereka pulang," sebut Letkol CPL Eko Daryanto selaku kepala penerangan Kodam XVII/Cenderawasih.

"Korban sempat dievakuasi menuju RS Bhayangkara untuk mendapat perawatan medis. Namun karena pendarahan yang hebat, nyawa Praka Zulkifli tidak dapat terselamatkan. Sekitar pukul 12.30 WIT, Praka Zulkifli dinyatakan meninggal dunia," lanjutnya.

Baca juga: Rusuh di Jayapura, Polisi Amankan 318 Mahasiswa


Kronologi ricuh Jayapura versi Kontras Papua

Sementara itu, Koordinator KontraS Papua, Markus, mengaku ikut terjebak di dalam kericuhan antara mahasiswa dan TNI/Polri di kawasan Taman Budaya Ekspo Waena. Ia melihat ada kelompok orang berseragam sipil bersenjata tajam yang ikut memukuli mahasiswa.

"Saya sendiri, dan beberapa masyarakat harus bersembunyi, harus mepet-mepet dalam satu tempat yang kecil untuk bisa berlindung," kata Markus kepada BBC Indonesia, Senin (23/09).

Markus menambahkan kericuhan telah selesai. Sekitar pukul 15.00 WIT sebanyak 11 truk telah mengangkut mahasiswa dari kawasan Taman Budaya Ekspo Waena.

Markus pun memaparkan lini masa peristiwa kericuhan yang terjadi kawasan Ekspo Waena.

06.00 WIT

Ratusan mahasiswa Uncen duduk di halaman auditorium. Mereka ingin menjadikan Auditorium Uncen sebagai Posko Induk Mahasiswa Eksodus Papua.

"Aksi mereka di dalam kampus. Di halaman auditorium Uncen aksi mereka damai. Tenang. Tidak melakukan apa-apa. Tidak anarkis. Mereka hanya duduk diam saja. Dan berorasi," kata Markus.

07.30 WIT

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com