Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Lengkap Kerusuhan di Wamena, 21 Warga Tewas hingga 1.500 Mengungsi

Kompas.com - 24/09/2019, 07:10 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) dipicu adanya kabar hoaks soal ujaran rasial guru ke siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Adanya informasi tersebut, langsung menyebar luas dan memicu kemarahan massa yang akhirnya berujung kericuhan.

Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, melaporkan, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Akibat kejadian itu 21 warga tewas, saat ini proses evakuasi terhadap bangunan yang dirusak dan dibakar tengah berjalan dan 1.500 warga mengungsi ke markas Kodim 1702 Jayawijaya.

Kapolda Papua Irjen Rudolf Rodja mengatakan, pihaknya sudah menelusuri dugaan ujaran rasial itu dan kenyataannya tidak ada.

Sementara itu, Dandim 1702/Jayawijaya Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya, disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).

Pasca-kerusuhan yang terjadi, situasi di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin malam sudah mulai kondusif.

Namun, untuk mengantisipasi adanya aksi susulan, aparat gabungan TNI-Polri terus bersiaga.

Berikut fakta selengkapnya:

1. Kronologi kerusuhan

Ilustrasi unjuk rasa di Papua. dok BBC Indonesia Ilustrasi unjuk rasa di Papua.

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Chandra Diyanto mengungkapkan, demo yang dilakukan para pelajar SMA ini bermula adanya informasi yang viral di tengah-tengah masyarakat tentang dugaan ujaran rasisme diduga dilakukan seorang guru. Akan tetapi, setelah dilakukan pengecekan hal itu tak benar terjadi.

Dikatakan Chandra, sebenarnya kemarin (Senin) sama sekali tidak ada rencana aksi unjuk rasa di Kota Wamena. Untuk unjuk rasa sendiri direncanakan akan berlangsung tanggal 26-27 September 2019.

Candra menjelaskan, aksi anarkis bermula ketika para pelajar dari sekolah PGRI mengajak para pelajar SMA Yapis untuk ikut turun ke jalan namun tak diindahkan, sehingga mereka merusak sekolah Yapis.

“Jadi anarkis bermula ketika mereka merusak sekolah SMA Yapis, yang saat itu juga para pelajarnya dibuat ketakutan,” jelasnya Senin (23/9/2019) tengah malam waktu Papua.

Dari sinilah, lanjut Chandra, kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka mengajak seluruh pelajar SMA di Kota Wamena untuk ikut turun ke jalan.

“Kita sudah coba redam bersama Bupati Jayawijaya, namun ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut-ikutan turun ke jalan. Padahal, kemarin itu merupakan jadwal para pelajar melangsungkan ujian,” katanya.

Baca juga: Rusuh di Wamena, Presiden Jokowi Imbau Warga Tak Mudah Termakan Hoaks

2. Disusupi KNPB

Ilustrasi kebakaran
Kompas.com/Ai Chintia Ratnawati Ilustrasi kebakaran

Masih dikatakan Chandra, demo anarkis yang dilakukan pelajar SMA di Kabupaten Jayawijaya disusupi Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB).

Demo di Wamena memang murni dilakukan para pelajar SMA. Tapi aksi pembakaran sepertinya sudah terencana. Dan bisa saya katakan itu dilakukan kelompok KNPB,” ungkapnya Senin.

Setelah peristiwa itu, tambah Chandra, para pelajar yang melakukan aksi unjuk rasa memaksa sekolah-sekolah lain untuk ikut turun ke jalan.

“Ajakan yang semakin kuat membuat jiwa muda para pelajar ini untuk ikut turun ke jalan. Jadi aksi ini murni dilakukan para pelajar. Namun aksi pembakaran ini sudah terencana dilakukan pihak ketiga, di mana hal ini kelompok KNPB,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com