Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Kerusuhan Wamena 16 Warga Tewas | Di Balik Aksi #GejayanMemanggil

Kompas.com - 24/09/2019, 06:31 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Kerusuhan massa di Wamena, Papua, pada hari Senin (23/9/2019), menjadi sorotan pembaca di Kompas.com.

Sebanyak 16 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Jurnalis Kompas.com, John Roy Purba, melaporkan, massa juga membakar sejumlah rumah warga dan kantor pemerintahan.

Menurut polisi, kerusuhan tersebut dipicu kabar hoaks bernada rasialis dari seorang guru.

Selain itu, aksi mahasiswa menolak revisi Undang Undang KPK dan KUHP berujung juga mendapat perhatian masyarakat.

Sejumlah universitas di Yogyakarta mengimbau para mahasiswanya untuk tidak ikut turun ke jalan.

Baca berita populer nusantara secara lengkap:

1. Kota Wamena lumpuh saat kerusuhan massa

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).  Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.AFP/VINA RUMBEWAS Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.

John melaporkan, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.

"Sampai saat ini, Wamena masih dikuasai pelajar yang berunjuk rasa," kata John melalui sambungan telepon, Senin.

Sementara itu, John juga menjelaskan, aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran.

"Suara tembakan terdengar di mana-mana selama 3 jam," kata John.

Baca berita selengkapnya: Kerusuhan Pecah di Wamena, Bangunan Dibakar dan Rentetan Suara Tembakan Terdengar

2. Sebanyak 16 orang tewas dalam kerusuhan Wamena

Ilustrasi jenazah. Ilustrasi jenazah.

Kerusuhan dan bentrokan yang terjadi ternyata juga mengakibatkan korban jiwa. Hal itu diungkpakan, Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto.

"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas. Lebih jauh lagi, ia memastikan bahwa situasi mulai kondusif. Namun, seluruh aparat masih dalam posisi siaga.

"Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Candra.

Baca juga: 16 Warga Tewas dan 65 Terluka Saat Kerusuhan Pecah di Wamena, Papua

3. UGM dan Sadhar imbau mahasiswa tak turun ke jalan

 

surat edaran resmi dari UGMKOMPAS.com/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA surat edaran resmi dari UGM

Aksi #GejayanMemanggil membuat sejumlah universitas di Yogyakarta mengeluarkan surat edaran yang berisi imbauan kepada para mahasiswanya untuk tidak turun ke jalan.

Beberapa universitas tersebut ialah Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Sanata Dharma (USD).

Saat dikonfirmasi, Kepala Bagian Humas dan Protokol Universitas Gadjah Mada Iva Ariani membenarkan surat edaran tersebut.

"Iya benar (UGM mengeluarkan surat edaran)," ujar Iva Ariani, Senin (23/9/2019).

Baca berita selengkapnya: UGM dan Sanata Dharma Keluarkan Surat Edaran Terkait #GejayanMemanggil

4. Menanti gebrakan politik keluarga pemimpin negeri di Pilkada 2020

Sejumlah petugas Satpol PP Surakarta menertibkan spanduk bergambar Gibran Rakabuming Raka. ANTARA/Aris Wasita Sejumlah petugas Satpol PP Surakarta menertibkan spanduk bergambar Gibran Rakabuming Raka.

Ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 rupanya menarik bagi sejumlah keluarga para pejabat di negeri ini.

Ada yang secara terang-terangan menunjukkan keseriusan maju merebut kursi panas pimpinan daerah.

Namun, ada juga yang masih malu-malu dengan hanya memberikan sinyal-sinyal ketertarikan. Kompas.com mencoba menelusuri, siapa saja mereka?

Baca berita selengkapnya: Saat Keluarga Pemimpin Negeri Jajal Pilkada 2020...

5. Heboh wisata negeri di atas awan

Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur, Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial, Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu pengunjung pada akhir pekan.KOMPAS.com/ACEP NAZMUDIN Suasana di obyek wisata negeri di atas awan Gunung Luhur, Minggu (22/9/2019). Sejak viral di media sosial, Gunung Luhur di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, dipadati pengunjung hingga mencapai rekor 30 ribu pengunjung pada akhir pekan.

Setelah menjadi viral di media sosial, puluhan ribu wisatawan datang di Gunung Lugur, Lebak, hingga menyebabkan macet 7 kilometer pada Minggu (22/9/2019).

Kondisi ini membuat banyak wisatawan yang gagal menuju puncak di ketinggian.

Mereka yang awalnya ingin menikmati hamparan awan harus gigit jari bahkan putar balik kendaraan.

Satu di antara pengunjung yang gagal melihat hamparan awan adalah keluarga Dadan Bernadi, wisatawan asal Kota Bogor.

Mereka sengaja berangkat dari Bogor pukul 04.00 WIB supaya bisa datang ke Gunung Luhur tiga jam kemudian. Namun tidak terwujud.

"Saya tiba di Citorek sebelum pukul 07.00 WIB, tapi lima kilometer menuju ke puncak terjebak macet, hingga dua jam cuma gerak 500 meter, akhirnya pilih putar balik saja," kata Dadan kepada Kompas.com di Citorek, Minggu (22/9/2019).

Baca berita selengkapnya: Kisah Wisatawan yang Gagal Melihat Negeri di Atas Awan, Terjebak Macet hingga Gelar Tikar

Sumber: KOMPAS.com (Acep Nazmudin, David Oliver Purba, Wijaya Kusuma, Dhias Suwandi, John Roy Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com