Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemadaman Karhutla Jateng Masih Ditangani Secara Manual, Ini Alasannya

Kompas.com - 23/09/2019, 22:34 WIB
Riska Farasonalia,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sudaryanto mengatakan, untuk menangani kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah titik di Jawa Tengah, pihaknya menggunakan pemadaman secara manual.

Upaya tersebut dilakukan dikarenakan pemadaman secara manual menurutnya lebih efektif dilakukan daripada water bombing.

Mengingat water bombing sendiri saat ini masih digunakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk penanganan karhutla di Kalimantan dan Sumatera.

"Sudah diputuskan penggunaan water bombing di Jawa Tengah di-pending karena masih bisa ditangani secara manual. Dengan dibantu oleh tim gabungan dari relawan, TNI/Polri dan Perhutani karena akan lebih efektif," ujar Sudaryanto, kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Baca juga: KLHK Upayakan Perampasan Aset Korporasi yang Sebabkan Karhutla

Sudaryanto mengungkapkan, pemadaman menggunakan water bombing sebenarnya cukup ideal, namun pengoperasian water bombing memang membutuhkan dana yang cukup besar.

"Paling tidak membutuhkan dana kisaran Rp 500 juta untuk pengoperasian. Operasional per jam saja butuh kisaran Rp 200 juta. Padahal, setidaknya butuh 3 hingga 4 jam terbang untuk pemadaman," kata dia.

Kendati demikian, selain biayanya yang cukup besar, ada hal-hal yang perlu diperhatikan terkait penggunaan water bombing.

Menurutnya, kebutuhan air di sejumlah wilayah karhutla dirasa sangat minim mengingat water bombing membutuhkan 500 liter air untuk pemadaman.

"Harus dipikirkan juga masalah ketersediaan air dari sejumlah wilayah titik kebakaran. Karena di daerah karhutla banyak yang mengalami kekeringan untuk itu persedian airnya kurang terpenuhi. Selain itu, juga karena alasan keamanan harus jauh dari sutet serta masih terkendala angin yang besar," terang dia.

Karena itu, tim di lapangan saat ini menggunakan drone dengan jangkauan 7 km untuk mendeteksi titik api. Sehingga, bisa dikirim pasukan relawan.

"Yang penting saat ini membuat teman-teman relawan tetap terjaga staminanya. Terutama di logistiknya. Kami sedang siapkan logistik di kabupaten/kota. Untuk jumlah relawan di Brebes dan Tegal, kami terjunkan sekitar 300 orang. Sedangkan di Banyumas sekitar 200 orang," ujar dia.

Baca juga: Terkait Karhutla, Riau Tetapkan Status Tanggap Darurat

Selain itu, pihaknya juga tengah berupaya mendorong kabupaten/kota untuk memberikan asuransi kepada tim relawan yang diterjunkan untuk menjamin kesehatan.

"Kami juga sudah memberdayakan puskesmas setempat. Seperti di Brebes dan beberapa titik lainnya dokternya juga siap berjaga," kata dia.

Perlu diketahui, berdasarkan data dari BPBD Jateng sejumlah 30 kabupaten/kota di Jateng mengalami kekeringan. Sampai hari ini, sudah 14.975 tangki dikirim ke kabupaten/kota.

"Memang tim relawan harus kerja keras karena kekeringan agak panjang. Mudah-mudahan akhir Oktober bisa turun hujan. Sehingga karhutla di Jateng bisa segera padam," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com