Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Kerusuhan di Wamena, Ribuan Warga Mengungsi hingga Akses Internet Dibatasi

Kompas.com - 23/09/2019, 17:37 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), berujung rusuh.

Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.

Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba melaporkan demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Wamena merupakan ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Kota ini merupakan satu-satunya yang terbesar di pegunungan tengah Papua.

Di Wamena terdapat pusat bisnis yang saat ini dijaga ketat aparat kepolisian.

Berikut fakta kerusuhan di Wamena:

 

1. Suara tembakan selama 3 jam

Ilustrasi tembakan Ilustrasi tembakan
Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, mengabarkan aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran. Hal tersebut berlangsung sekitar 4 jam.

Namun, siswa demonstran tetap bertahan dan kian bertindak anarkistis.

"Suara tembakan terdengar di mana-mana selama 3 jam," kata John.

Memang dalam percakapan dengan John, terdengar suara rentetan tembakan senjata api.

Menurut John, massa berusaha merangsek masuk ke pusat bisnis Wamena. Namun, mereka segera dihadang aparat kepolisian.

Baca juga: Kerusuhan Pecah di Wamena, Bangunan Dibakar dan Rentetan Suara Tembakan Terdengar

 

2. Operasional Bandara Wamena dihentikan

Terminal Bandara Wamena Jayawijaya, Papua.Dok/Kementerian Perhubungan. Terminal Bandara Wamena Jayawijaya, Papua.
Operasional Bandara Wamena, Papua dihentikan sementara hingga batas waktu yang belum ditentukan akibat aksi demo anarkis di ibukota Kabupaten Jayawijaya.

Kepala Bandara Wamena Joko Harjani mengatakan, penghentian operasional bandara dilakukan Senin (23/9/2019) sekitar pukul 10.30 WIT dengan menerbangkan tiga pesawat cargo yang sebelumnya berada di Bandara Wamena.

“Saat ini sudah tidak ada pesawat di bandara,” kata Joko, seperti ditulis Antara.

Dia menambahkan, bandara akan dibuka bila ada permintaan dari pihak kepolisian atau militer.

Sementara itu, Kepala Bandara Sentani Anthonius Praptono mengakui dihentikannya penerbangan ke Wamena karena alasan keamanan. “Memang benar penerbangan dari dan ke Wamena sudah dihentikan sementara tanpa batas waktu yang dipastikan. Setiap harinya sekitar 20 penerbangan ke Wamena dari Bandara Sentani,” katanya kepada Antara.

Baca juga: Operasional Bandara Wamena Dihentikan Sampai Batas Waktu yang Belum Ditentukan

 

3. Massa bakar rumah warga

Kota Wamena dalam peta satelit Google Maps.Screenshot Google Maps Kota Wamena dalam peta satelit Google Maps.
Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, melaporkan, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Siregar, salah satu warga Wamena, mengaku rumahnya dibakar massa.

Nasib serupa dialami Silvi. Rumahnya di Jalan Putikelek, Wamena, juga hangus akibat dibakar massa.

"Kami salah apa? Kenapa rumah kami dibakar," kata Silivi.

Sementara itu, sejumlah pegawai Supermarket Yuda terluka akibat melompat dari lantai dua sesaat setelah tempat bekerjanya dibakar massa.

"Pegawai kami Yuda selamat. Tapi banyak di antara kami terluka karena lompat dari lantai 2," kata salah seorang pegawai.

Baca juga: Kerusuhan di Wamena Papua, Warga: Kenapa Rumah Kami Dibakar?

 

4. Kantor bupati dibakar massa

Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).  Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.AFP/VINA RUMBEWAS Kondisi saat sebuah bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.
Kantor bupati Jayawijaya di Kota Wamena, Papua, hangus dibakar massa dalam peristiwa kerusuhan, Senin (23/9/2019).

Kontributor Kompas.com di Kota Wamena, John Roy Purba, melaporkan, Kantor Bupati Jayawijaya yang berada di Jalan Yos Sudarso itu dibakar oleh massa demonstran yang bertindak anarkistis.

"Dalam pantauan kami, seluruh bangunan kantor bupati Jayawijaya hangus dibakar massa," kata John.

Selain itu, massa juga membakar rumah-rumah di jalan Homhom, Kota Wamena.

Massa juga terlibat bentrok dengan aparat kepolisian dan TNI.

Baca juga: Kantor Bupati Jayawijaya Dibakar Massa dalam Kerusuhan di Wamena Papua

 

5. Dipicu hoaks

Ilustrasi hoaksShutterstock Ilustrasi hoaks
Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja memastikan bahwa alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks).

"Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujarnya di Jayapura.

Rudolf mengklaim kepolisian sudah mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya tidak benar.

"Guru tersebut sudah kita tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kita pastikan. Jadi kami berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.

Baca juga: Kapolda Papua Sebut Kerusuhan di Wamena Dipicu Kabar Hoaks

 

6. Ribuan warga mengungsi

Ilustrasi pengungsiShutterstock.com Ilustrasi pengungsi
Ribuan warga di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi Markas Polres dan Kodim Jayawijaya pasca-kerusuhan, Senin (23/9/2019).

Berdasarkan pantauan Kompas.com, setidaknya di kantor Polres Jayawijaya terdapat sekitar 3.000 pengungsi. Mereka mengungsi karena takut terjadi kerusuhan susulan.

Selain itu mereka juga kehilangan rumah akibat dibakar massa.

Selain di kantor polisi, warga juga mengungsi di salah satu rumah anggota polisi. Ada sekitar 100 warga yang mengungsi ke rumah itu.

Salah satunya adalah Jenab Napitulu. Salah satu warga Wamena ini mengaku rumahnya habis dibakar.

Ia dan keluarganya pun mengungsi ke rumah salah satu anggota polisi.

Saat ini, kata Jenab, warga yang mengungsi mulai kekurangan makanan karena toko bahan makanan tutup.

"Kami berharap pemerintah ataupun pihak swasta membantu kami yang kekurangan makanan. Kami juga butuh baju karena yang kami bawa cuma baju di badan saja," kata Jenab.

Baca juga: Rusuh di Wamena Papua, Ribuan Warga Mengungsi dan Kekurangan Makanan

 

7. Akses internet dibatasi

IlustrasiMashable Ilustrasi
Kementerian Kominfo meminta operator seluler yang ada di Wamena untuk melakukan pembatasan alias throttling akses data internet di Wamena.

Hal tersebut disampaikan Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu melalui pesan singkat.

"Pak Menteri sudah meminta operator untuk membatasi layanan data di Wamena dan sudah dilakukan oleh operator," kata Ferdinandus.

Kendati demikian ia belum merinci operator seluler mana saja yang sudah melakukan pembatasan akses.

Ia pun belum menjelaskan sejak dan hingga kapan throttling ini akan dilakukan.

SUMBER: KOMPAS.com ( John Roy Purba, Dhias Suwandi, Khairina, Farid Assifa, Yudha Pratomo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com