Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langit Merah di Kota Jambi: Itu Bikin Orang Sesak Napas...

Kompas.com - 23/09/2019, 12:12 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejak memasuki September, warga di Provinsi Jambi dikurung pekatnya asap kebakaran lahan dan hutan. Itu terlihat dari udara sekitar yang berubah menjadi merah kehitaman.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena itu disebabkan jelaga atau partikel debu polutan berukuran sangat kecil sudah mencapai atmosfer dan sangat berbahaya jika terhirup.

Ratna Dewi, warga yang tinggal di Kelurahan Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi, tak bisa lagi membedakan mana pagi atau malam. Keduanya tampak sama: gelap.

Ini karena matahari tak tampak, terhalang asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Langit Jambi Memerah | Mulan Jameela Jadi Anggota DPR RI

"Kalau sekarang ada (kelihatan matahari) tapi samar-samar. Kalau kemarin-kemarin, tidak kelihatan matahari sama sekali," ujar Dewi saat dihubungi BBC News Indonesia, Minggu (22/9/2019).

Sudah dua minggu pula, langit di sana berubah merah kehitaman. Jarak pandang menjadi terbatas, kata Dewi, hanya sekitar 200 meter. Karena itulah, keluarganya sudah jarang keluar rumah kecuali dalam keadaan darurat.

"Kami sudah tidak keluar rumah. Mendep (tinggal) saja di rumah," katanya.

Sejak asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengepung Muaro Jambi, Dewi selalu menutup pintu dan jendela. Tapi asap menyelinap dari sela-sela ventilasi sehingga membekas hitam di lantai.

"Ini lantai rumah hitam, kaki jadi hitam. Makanya saya harus sering mungkin bersih-bersih atau debu menempel di lantai. Kotorlah."

Baca juga: Seperti di Muaro Jambi, Langit Merah saat Senja Pertanda Polusi Udara Tinggi

Warga beraktivitas saat hari bebas kendaraan yang diselimuti kabut asap tipis di Telanaipura, Jambi, Minggu (18/08). Kota Jambi kembali diselimuti kabut asap dalam beberapa hari terakhir, dan bertambah pekan terakhir. BBC News Indonesia Warga beraktivitas saat hari bebas kendaraan yang diselimuti kabut asap tipis di Telanaipura, Jambi, Minggu (18/08). Kota Jambi kembali diselimuti kabut asap dalam beberapa hari terakhir, dan bertambah pekan terakhir.

Karena tak punya pembersih udara dan AC di rumah, Dewi sekeluarga sampai harus memakai masker di dalam rumah. Ia tak mau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) memperparah kondisi anggota keluarga.

"Kami cuma ada kipas, tapi itu tidak berpengaruh. Makanya sesak. Anak sulung saya kena ISPA dua minggu lalu. Sampai sekarang belum hilang batuknya."

Teguh Arianto, warga di Desa Solok, Kecamatan Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, mulai jengkel dengan kondisi udara yang tak kunjung membaik karena dua anaknya yang berusia lima dan sepuluh tahun kena ISPA. Batuk anak-anaknya tak kunjung hilang meski sudah dibawa ke puskesmas.

Baca juga: Kesaksian Warga Saat Langit Jambi Memerah, Mencekam dan Sesak Napas

"Sesak udara ini kalau dihirup. Banyak debu berterbangan terbawa angin. Saya kan tidak punya AC atau pembersih udara."

Sepanjang ingatan Teguh yang lahir di Kabupaten Muaro Jambi, dampak kebakaran hutan dan lahan tahun ini sama persis seperti empat tahun silam.

"Kalau dulu itu, langit juga merah ditambah karhutla sebabkan asap. Jadi kondisi buruk begini terjadi selama dua bulan."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com