Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karhutla di Riau Dekati Perumahan Warga, Jarak ke Titik Api 15 Meter

Kompas.com - 22/09/2019, 20:45 WIB
Idon Tanjung,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, tak kunjung padam.

Kebakaran lahan yang terjadi di perbatasan Kabupaten Kampar dengan Kota Pekanbaru ini, sudah sangat dekat dengan permukiman warga. Salah satu rumah warga, jarak titik api bahkan sampai sekitar 15 meter.

Hingga Minggu (22/9/2019) sore, petugas gabungan dari TNI, Polri, Manggala Agni dan BPBD masih berjibaku memadamkan api.

Termasuk warga cukup banyak ikut bahu membahu memadamkan api.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk para korban kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sumbangkan sedikit rezeki Anda untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama untuk pembelian masker dan kebutuhan lainnya yang perlu. Klik di sini untuk donasi.

Kebakaran lahan di dekat jalan lintas Riau-Sumatera Barat tersebut, terus mengeluarkan asap sangat pekat, yang menyelimuti permukiman warga sekitar.

Baca juga: Karhutla Kembali Terjadi, Pemerintah Diminta Patuhi Putusan MA

Jarak pandang 300 meter

Bahkan, di jalan lintas jarak pandang hanya sekitar 300 meter.

Kepala Manggala Agni Daops Pekanbaru Edwin Putra saat ditemui Kompas.com di lokasi pemadam mengatakan, api yang ada di dalam gambut masih sangat sulit dipadamkan.

"Kita sudah seminggu memadamkan api di Desa Rimbo Panjang ini," kata Edwin.

Menurutnya, dua hari yang lalu api sudah dapat dipadamkan. Namun, cuaca panas hari ini membuat api kembali muncul disertai asap.

Untuk mengantisipasi api meluas ke rumah warga, petugas telah membuat sekat dengan alat berat,eskavator.

"Dua hari yang lalu sudah dibuat sekat sekelilling, agar tidak merembet ke rumah warga," sebutnya.

Baca juga: Kabut Asap di Aceh Utara Belum Berdampak ke Kesehatan Warga

Kendala pemadaman

Edwin mengaku, salah satu kendala saat ini adalah sulitnya mendapatkan sumber air di lokasi.

Meski telah dilakukan pembuatan embung dengan kedalaman empat meter, namun air tak ditemukan.

Sehingga, petuga terpaksa mengangkut air dengan mobil tanki milik BPBD Riau dan Damkar Pekanbaru.

Edwin mengatakan, saat ini api di permukaan gambut sebagian besar. Akan tetapi, api yang ada di dalam gambut terus mengeluarkan asap pekat di lokasi.

Kabut asap juga menjadi salah satu kendala petugas memadamkan titik api.

"Kalau kebakaran gambut memang seperti ini. Asapnya banyak sekali.  Tapi kami tetap berupaya memadamkan api bersama tim gabungan dari Manggala Agni Daops Pekanbaru, TNI, Polri, Satpol PP dan juga petugas damkar. Termasuk warga ikut membantu," kata Edwin.

Sementara itu, dia menambahkan, bagi masyarakat yang memiliki rumah di sekitar lokasi karhutla untuk dapat mengungsi ke tempat yang aman. Sebab, asap masih sangat pekat di permukiman warga.

Baca juga: Hilangkan Kabut Asap, BPBD Sumsel Akan Kembali Modifikasi Cuaca

Warga kena dampak kabut asap

Kondisi udara yang tidak sehat karena kabut asap membuat warga Pekanbaru Riau mengungsi ke Padang. Terlihat kondisi udara di PekanbaruDok: Pribadi Kondisi udara yang tidak sehat karena kabut asap membuat warga Pekanbaru Riau mengungsi ke Padang. Terlihat kondisi udara di Pekanbaru
Sebagaimana diketahui, akibat kebakaran hutan dan lahan yang terus terjadi, kabut asap sudah memasuki pekan kedua menyelimuti wilayah Riau.

Namun, Pemerintah Provinsi Riau menyebut bahwa kabut asap ini bukan hanya dari karhutla di Riau sendiri. Tetapi, juga asap kiriman dari karhutla di Jambi dan Sumsel.

Dampak kabut asap juga sudah banyak dirasakan warga, terlebih kualitas udara kini di level berbahaya.

Warga mengeluhkan sesak napas, batuk filek, demam, pusing, iritasi mata dan muntah-muntah.

Pemerintah setempa juga telah mengimbau masyarakat untuk dapat mengurangi aktivitas di luar rumah, untuk mencegah paparan asap.

Baca juga: Cerita Pengungsi Kabut Asap Pekanbaru: Pilih Mengungsi daripada Kena ISPA

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk para korban kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sumbangkan sedikit rezeki Anda untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama untuk pembelian masker dan kebutuhan lainnya yang perlu. Klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com