Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan BPPTKG mengenai Awan Panas Letusan Gunung Merapi Hari Ini

Kompas.com - 22/09/2019, 20:03 WIB
Wijaya Kusuma,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Gunung Merapi pada Minggu (22/09/2019) pukul 11.36 WIB, mengeluarkan awan panas letusan dengan tinggi kolom kurang lebih 800 meter dari puncak.

Awan panas letusan ini berbeda dengan awan panas guguran yang biasa terjadi sejak 29 Januari 2019.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida mengatakan bahwa awan panas letusan (APL) berbeda dengan awan panas guguran (APG) yang biasa terjadi sejak tanggal 29 Januari 2019.

"Awan panas kali ini didahului dengan letusan gas sehingga disebut sebagai awan panas letusan (APL)," ujar Hanik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (22/09/2019)

Hanik menjelaskan, awan panas guguran disebabkan oleh runtuhnya material kubah lava baru secara gravitasional atau tanpa kecepatan awal yang signifikan. Sedangkan awan panas letusan disebabkan runtuhnya material kubah lava akibat dari tekanan gas dari dalam.

Baca juga: Awan Panas Letusan Gunung Merapi Sempat Sebabkan Hujan Abu Tipis

Seiring dengan berlangsungnya suplai magma, gas vulkanik diproduksi secara kontinu. Karena dinamika tekanan, gas dapat tersumbat dan terakumulasi di bawah kubah lava dan terlepas secara tiba-tiba, mendobrak kubah lava sehingga runtuh menjadi awan panas.

"Adanya peningkatan tekanan gas ini dapat terdeteksi oleh stasiun pemantauan. Dari pukul 00.00 sampai dengan pukul 12.00 terjadi 29 kali gempa MP (multiphase) dan 14 kali gempa embusan," ujarnya.

Disampaikanya, jumlah gempa MP dan embusan ini tergolong tinggi yang merepresentasikan peningkatan tekanan dan intensitas pelepasan gas vulkanik.

Hal ini konsisten dengan data pemantauan suhu kubah lava sekitar 1 jam menjelang letusan yang menunjukkan adanya kenaikan suhu pada beberapa titik pada kubah lava sekitar 100 derajat celcius.

"Data pemantauan menurun dan tenang kembali setelah kejadian APL sampai dengan saat ini," kata Hanik.

Menurut dia, awan panas guguran dan awan panas letusan masih berpotensi terjadi. Sebab suplai magma masih berlansung.

Hal itu ditunjukan dengan masih terjadinya gempa-gempa dari dalam seperti gempa VTA (gempa vulkanik dalam), VTB (gempa vulkanik dangkal), dan MP (multiphase) dalam jumlah yang signifikan.

Ancaman bahaya yang dapat ditimbulkan dari aktivitas erupsi saat ini masih sama, yaitu luncuran awan panas dan lontaran material erupsi di dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Hasil pemodelan menunjukkan jika kubah lava saat ini (461.000 meter kubik) runtuh, luncuran awan panas tidak melebihi radius 3 kilometer. Masyarakat diminta untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa," ungkap Hanik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com