Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi 14 Bulan Tak Hanya Minum Kopi di Rumah, Juga di Tempat Kerja Orangtua

Kompas.com - 22/09/2019, 14:39 WIB
Junaedi,
Khairina

Tim Redaksi

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com –  Bocah pecandu kopi yang menghabiskan 5 gelas kopi tubruk sehari dan menghebohkan publik dua pekan terakhir, diketahui tak hanya akrab dengan kopi tubruk di rumah sang nenek tempat ia tinggal bersama kedua orang tuanya.

Khadijah Aura, bocah 14 bulan itu, juga terbiasa menyeruput kopi di tempat kerja kedua orang tuanya yang berprofesi sebagai buruh kupas kopra.

Meski masih berusia 14 bulan, bocah itu hampir setiap hari dibawa ke tempat kerja oleh kedua orang tuanya.

Baca juga: Kondisi Kesehatan Bocah 14 Bulan Pecandu Kopi Diperiksa, Ini Rekomendasi Dinkes

Di tempat kerja orangtuanya, Aura kerap menyeruput kopi bersama buruh lainnya saat jam istirahat.

Di tempat kerja orang tuanya pula Aura dirawat sejak 6 usia bulan hingga tumbuh berusia 14 bulan.

Saat kedua orangtuanya sibuk bekerja, Aura kerap diayun buruh atau pemilik tempat usaha kopra di desanya hingga bisa tertidur pulas.

Pemilik usaha pengelola kopra, Idana, yang ditemui di lokasi usahanya menyebutkan, bocah Aura memang terbiasa menyeruput kopi tubruk di tempat kerja orangtuanya. Bocah itu dijaga bukan saja oleh pemilik usaha dan kedua orangtuanya, tetapi juga para buruh pemetik kopra.

“Dia setiap hari bawa anaknya ke sini. Memang dia sudah terbiasa minum kopi seperti karyawan lain di sini,”jelas Idana.

Baca juga: Kasus Bayi 14 Bulan Minum 5 Gelas Kopi Sehari, Pernikahan Dini Jadi Pemicu

Menurut Idana, pasangan suami istri Anita dan Sarifuddin yang telah bekerja di tempat usahanya lebih dari setahun terakhir dikenal sebagai pekerja ulet dan sabar. Kondisi kehidupan keluarganya tergolong memprihatinkan.

Kedua orangtua Aura menghentikan pemberian susu bubuk pada anaknya karena upahnya sebagai buruh kupas kopra yang tak lebih dari Rp 20 ribu sehari tak cukup untuk membeli susu bagi anaknya.

Meski banyak warga sekitar, termasuk pemilik usaha tempat Anita dan Sarifuddin bekerja ikut prihatin dengan kondisi orangtua bayi Aura, Kepala Desa Tondro Lima, Mawar menampik pemberitaan mengenai kondisi Anita dan suaminya.

Mawar beranggapan, pasangan ini tidak tergolong keluarga tidak mampu karena ibu kandung Syarifuddin adalah salah satu pewaris lahan sawah 30 are dari neneknya. Selain memiliki warisan rumah dari neneknya, ia juga memiliki sepetak sawah seluas 30 are warisan lainnya.

 

“Dia itu sebetulnya bukan keluarga kurang mampu, orang tuanya kan mewarisi rumah neneknya, termasuk sepetak sawah seluas 30 are, meski saat in belum dimiliki atau dikuasai,”jelas Mawar, Kepala Desa Tondro Lima

Di sisi lain, Anita dan Sarifuddin sendiri mengakui hingga kini hidup menumpang dari rumah mertua ke rumah mertua lainnya karena belum sanggup membeli rumah sederhana untuk keluarga kecilnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com