Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Museum Akan Dibangun di Tajug Gede Cilodong Purwakarta

Kompas.com - 20/09/2019, 19:22 WIB
Farid Assifa,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PURWAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi berencana membangun 9 museum di kompleks Tajug (Masjid) Gede Cilodong, Purwakarta, Jawa Barat.

Museum itu dibangun dalam konsep digital dengan dilengkapi visualnya juga.

Sembilan museum itu antara lain museum Islam Nusantara, Keramik Nusantara, Sejarah Peradaban Padi, Alam Nusantara, Rumah Wayang, Urban Farming, Sepak Bola dan Cinta Sejati (BJ Habibie) dan museum Sate Maranggi.

Dedi menjelaskan, museum Islam Nusantara konsen pada penelusuran sejarah peradaban Islam di nusantra. Di dalamnya akan disiapkan fasilitas rumah baca dan kitab-kitab klasik.

Menurutnya, nanti orang yang berkunjung ke tajug akan membaca ribuan buku yang tersedia, mulai pengetahuan umum sampai kitab-kitab klasik yg biasa digunakan di pesantren.

Di museum itu juga ada semacam pelatihan metodologi singkat belajar kitab kuning.

"Saya ingin Museum Islam Nusantara ini menjadi rumah baca terbesar di Indonesia," kata Dedi kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (20/9/2019).

Baca juga: Dedi Mulyadi Akan Bangun Taman Habibie di Purwakarta

Museum kedua adalah keramik nusantara. Museum digital ini akan bercerita tentang kisah keramik (gerabah).
Menurut Dedi, gerabah itu merupakan bagian dari perjalanan penyebaran Islam, terutama di Purwakarta.

"Gerabah plered itu berbarengan dengan penyebaran Islam di wilayah Purwakarta. Misalnya, celengan palered, kendi, gentong dan lain-lain," katanya.

Selanjutnya adalah museum tentang sejarah peradaban padi dan pengelolaannya. Museum ini dinamai Nyi Pohaci.

Museum ini menyajikan tema-tema tentang sejarah padi masuk ke Indonesia dan sistem pengelolaanya. Lalu tentang bagaimana peradaban padi, fungsi padi, jenis dan padi.

Museum ini juga akan menampilkan data-data luas sawah di Indonesia yang sekarang mulai terkikis.

Kemudian museum alam nusantara. Museum ini bercerita tentang alam, hutan gunung, jenis pohon, tumbuhan dan juga ikan baik laut, tawar maupun rawa.

Di museum ini juga akan ditampilkan luas hutan yang masih tersedia, luas hutan yang sudah terbakar setiap tahun, faktor penyebab kebakaran hutan dan penggunaan kembali hutan setelah terbakar.

"Museum ini sebagai bentuk membangun sebuah kesadaran pentingnya alam bagi anak-anak," kata Dedi.

Baca juga: Raih Penghargaan Sebagai Caleg Suara Terbanyak dari Golkar, Ini Kata Dedi Mulyadi

Rumah Wayang Nusantara

Dedi juga akan membangun rumah wayang nusantara. Museum ini nanti bercerita tentang wayang, mulai dari sejarah hingga cara pembuatannya. Di rumah wayang ini akan dilengkapi sarana proses pembuatan wayang dan pendidikan membuat wayang.

Berikutnya adalah museum speak bola. Museum ini berisi literatur tentang sejarah sepak bola dunia, tokoh-tokoh sepak bola legenda dan perjalanan komposisi sepak bola dunia.

Selanjutnya adalah museum kebun urban farming yang berisi tanaman holtikultura. Di musuem ini akan ditampilkan cara berkebun, jenis-jenis benih seperyi timun, terong, jagung dan lainnya.

"Nanti orang bukan hanya lihat digital tapi juga visual, jenis-jenis tanaman tersusun rapi. Ada ruang pamer dan mal tanaman," katanya.

Kemudian museum cinta sejati. Museum ini didedikasikan untuk mengenang BJ Habibie, mulai dari Habibie kecil, perjalanan pendikan, karir hingga kisah cintanya bersama Ainun.

Selain itu, di museum ini juga akan ditampilkan karya-karya kedirgantaraan Habibie.

"Kami akan membuat hanggar untuk pesawat N250 karya Pak Habibie," kata Dedi.

Dedi mengatakan, semua museum itu akan terpusat di kompeleks Tajug Cilodong dengan luas 12 hektare.

Terakhir adalah museum Sate Maranggi. Menurut Dedi, museum ini bercerita tentang sejarah Sate Maranggi yang merupakan kuliner khas Purwakarta.

Selain 9 museum, di kompleks itu juga dibangun pendopo dan satu danau buatan.

"Pembangunannya akan dimulai pada tahun depan. Sekarang ini baru tahapan perencanaan dan pembuatan DED (detail engineering design)," katanya.

Baca juga: Keunikan Tajug Gede Cilodong Purwakarta, Jendela Tanpa Kaca hingga 9 Beduk dan 9 Muazin

Dedi mengatakan, semua rencana itu sudah dipaparkan ke Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat berkunjung ke Tajug Cilodong, Jumat hari ini.

Sebab, kunjungan Ma'ruf ini merupakan tindak lanjut dari pmbicaraan sebelumnya.

"Karena saya pernah mengunjungi rumah beliau untuk menyampakan gagasan itu," kata Dedi.

"Beliau support karena ini pertama di Indonesia," ujar anggota DPRD terpilih dari Golkar itu.

Masjid pusat aktivitas publik

Dedi mengatakan, rencana pembangunan 8 museum itu merupakan bagian dari pengembangan tajug atau masjid sebagai pusat aktivitas publik.

Tajug menjadi sarana perubahan masyarakat dengan multifungsi pelayanan.

Tajug Gede Cilodong menjadi ikon baru di Purwakarta.KOMPAS.com/ ISTIMEWA Tajug Gede Cilodong menjadi ikon baru di Purwakarta.

Selain pelayanan spiritual, kata Dedi, tajug juga dikembangkan sebagai pelayanan edukatif, kesehatan dan sosial.

"Pembangunan museum itulah salah satu pelayanan edukatif dari sebuah tajug," tandas Dedi.

Sementara terkait pelayanan kesehatan dan sosial, kata Dedi, pihaknya rutin menggelar pengajian silih asih. Konsepnya adalah setiap jemaah yang akan hadir diminta membawa beras, telur dan kacang hijau.

Baca juga: Purwakarta Kini Punya Ikon Baru Tajug Gede Cilodong

Bahan makanan itu kemudian diolah menjadi makanan bergizi untuk diberikan kepada anak-anak di bawah lima tahun.

"Kami menyiapkan 500 paket makanan setiap minggu untuk peningkatan gizi anak di bawah 5 tahun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com