Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Pekerja Sawit Asal NTT Diberhentikan Tanpa Pesangon

Kompas.com - 20/09/2019, 17:42 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Khairina

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Sebanyak 890 karyawan perusahaan perkebunan sawit di Kutai Timur, Kalimantan Timur diberhentikan tanpa pesangon.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi, Nakertrans NTT Sisilia Sona, saat diwawancarai sejumlah wartawan di Kupang, Jumat (20/9/2019).

"Mereka berasal dari sejumlah daerah di NTT," ungkap Sisilia.

Saat ini, lanjut Sisilia, ratusan pekerja asal NTT itu ditampung di Kantor Camat Karangan, Kalimantan Timur.

Baca juga: Kementerian LHK Segel 7 Lahan Perkebunan Sawit Terkait Karhutla di Kalbar

Berdasarkan informasi yang diperolehnya kata Sisilia, para pekerja itu akan ditampung hingga Minggu (22/9/2019).

Menurut Sisilia, para pekerja itu diberhentikan karena memprotes hak-hak mereka yang tidak dipenuhi dua perusahaan tempat mereka bekerja yakni PT WTC dan MPI.

Sisilia mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dari Dinas Tenaga Kerja Kalimantan Timur yang menyebutkan sesuai kesepakatan pihak perusahaan dan karyawan, karyawan yang sakit berobat mengunakan BPJS.

Tapi ketika mereka sakit, biaya pengobatan ternyata tidak ditanggung BPJS.

"Karyawan membayar sendiri biaya perawatan di rumah sakit. Setelah berobat, mereka menyerahkan kuitansi dan bukti-bukti perawatan tetapi tidak dibayar perusahaan," ujarnya.

Mereka juga melaporkan gaji mereka dipotong untuk koperasi, tetapi tidak menikmati manfaat apa-apa.

"Jadi mereka sepakat melakukan tuntutan terhadap perusahaan," kata Sisilia.

Baca juga: Di Riau, Kawanan Gajah Liar Masuk Pasar dan Perkebunan Sawit Warga

Tuntutan pertama pada Juli 2019. Selanjutnya mereka mengajukan protes lagi ke manajemen perusahaan pada September 2019.

Pada protes kedua, perusahaan mengundang 40 orang perwakilan karyawan.

Akan tetapi sebelum pertamuan digelar, lanjut dia, sejumlah preman mengusir mereka.

"Sudah ada negosiasi dengan bantuan camat dan polisi tetapi tidak berhasil. Kemarin kasus ini sudah diambil alih Kementerian Ketenagakerjaan," katanya.

Namun, hasil pertemuan antara karyawan, perusahaan, dan Kementerian Tenaga Kerja bersama pemerintah daerah setempat, namun hasil pertemuan belum dilaporkan kepada pemerintah NTT.

Kementerian Ketenagakerjaan jelas Sisilia, melakukan pemeriksaan dan telah mencatat sejumlah temuan terkait hak-hak karyawan.

Namun, penyelesaian akhir kasus tenaga kerja migran ini belum diputuskan.

Sisila mengaku, perwakilan Pemerintah NTT dijadwalkan berangkat ke Kalimantan Timur untuk melihat dari dekat persoalan yang dialami pekerja tersebut.

Sisilia menyebut, tidak adanya laporan yang diterimanya terkait keberangkatan ratusan tenaga kerja tersebut ke Kalimantan Timur.

Karena, sejak 2018 lalu, NTT telah memberlakukan moratorium pengiriman tenaga kerja ke luar daerah maupun ke luar negeri.

"Kita heran, mereka berangkat lewar jalur mana," ujarnya.

"Penyelesaian kasus ini tersendat karena perwakilan dua perusahaan itu tidak ada di wilayah NTT,"ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com