Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Imam Katolik Minta Maaf di Hadapan Jasad ODGJ Korban Pasung...

Kompas.com - 20/09/2019, 08:25 WIB
Markus Makur,
Farid Assifa

Tim Redaksi

ENDE, KOMPAS.com - Pater Avent Saur SVD, Ketua Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa, (ODGJ) Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, meminta maaf kepada penderita gangguan jiwa yang meninggal dunia, Kamis (19/9/2019).

Penderita ODGJ bernama Lambert itu sebelumnya dipasung oleh pihak keluarga.

Pater Saur menceritakan pada Rabu (18/9/2019) pukul 15.00 Wita, ia dan tiga temannya di KKI melayat sekaligus melaksanakan ritus ekaristi pemakaman Lambert, seorang bapak penderita gangguan jiwa yang dipasung sejak tahun 2000 di sebuah pondok di kebun dekat perkampungan.

Ia juga ditemani dua pegawai Dinas Sosial Ende dengan menumpangi mobil Dinsos menuju rumah duka di Kampung Reda, Desa Woropapa, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT. 

Baca juga: Kisah Yatimin Penderita ODGJ, Dulu Dipasung di Gubuk Reyot, Kini Tinggal di Rumah Dinas Bupati

Meski jaraknya cukup jauh, namun jalan yang dilewati terbilang bagus.

"Jalannya bagus, lalu masuk lagi ke jalan desa, rabat beton dana desa, mendaki dengan tikungan-tikungan aduhai," kata Pater Saur kepada Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Kamis (19/9/2019). 

Setibanya di rumah duka, Pater Saur langsung meminta maaf kepada almarhum karena selama hidup kurang diperhatikan. 

"Saya lebih dominan untuk menyampaikan minta maaf kepada Bapak Lambert. Ya, entah dia dengar atau tidak," jelasnya.

Pater Saur, yang juga ketua KKI Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Pulau Flores, mengatakan, pihaknya minta maaf kepada almarhum karena tidak bisa melakukan yang lebih saat Lambert masih hidup.

Misalnya, pada saat Pater Saur tahu Lambert dipasung tahun lalu, ia tidak membawanya ke panti rehabilitasi jiwa atau rumah singgah. Padahal ia bisa membuat fasilitas itu.

"Kami sebenarnya sudah bebaskan dia dari pasungan saat itu juga. Tapi kami tidak punya panti atau rumah singgah. Kami juga bisa buat panti itu tetapi kami tidak lakukan. Kami bisa bawa dia ke panti-panti yang sudah ada, tapi kami tidak lakukan," kata Pater Saur.

"Bapak Lambert pernah putus obat satu dua bulan. Kami bisa datangkan obat itu, kami bisa kunjung lagi, tetapi kami tidak lakukan," tambah dia.

Pater Saur mengatakan, permintaan maaf itu disampaikan bukan hanya dari dirinya, tetapi juga dari semua kalangan, mulai kru KKI, keluarga, warga kampung, relawan, dinsos, dinkes, RSUD, kades, camat, bupati, tetua adat, tokoh masyarakat, panti, dan lain-lain.

Sebab, kata dia, kenapa saat dia meninggal, begitu banyak orang yang berkumpul, membawa satu dua barang dengan nilai rupiah yang tinggi, menangis, dan bersedih, ucap duka di medos, dan lain-lain.

"Berbeda saat dia masih hidup, hampir semuanya ini tidak ia dapatkan," tuturnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com