Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikritik Pengunjuk Rasa soal Tambang Emas di Takengon, Ini Tanggapan Dewan Adat Gayo

Kompas.com - 19/09/2019, 18:46 WIB
Kontributor Takengon, Iwan Bahagia ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TAKENGON, KOMPAS.com - Aksi unjukrasa terkait penolakan rencana penambangan emas di kawasan Abong, Kampung Lumut, Kecamatan Linge, Kabupaten Aceh Tengah, Senin (16/9/2019), mendapat tanggapan dari Ketua Dewan Adat Gayo (DAG), Tagore Abubakar.

Ia mengeluarkan tanggapan karena adanya sebutan dan sindiran terhadap keberadaan DAG dari sejumlah mahasiswa dan aktivis baik dalam pemberitaan maupun dalam aksi yang digelar Senin siang di gedung DPRK Aceh Tengah.

Saat itu sejumlah orator menyinggung tentang sikap DAG terhadap rencana penambangan oleh PT Linge Mineral Resources (PT LMR).

Menurut Tagore, aksi ratusan orang yang berunjukrasa dihalaman DPRK Aceh Tengah adalah penyampaian aspirasi yang salah alamat, sebab persoalan tambang emas bukanlah ranah legislatif, melainkan ranah Gubernur Aceh dan pemerintah pusat.

Baca juga: Aksi Tolak Tambang Emas di Takengon Diwarnai Aksi Saling Dorong dengan Polisi

"Menurut saya mereka salah alamat, karena kewenangan perizinan penambangan ada di Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat," kata Tagore, dihubungi via telepon selulernya, Kamis (19/9/2019).

Mengenai DAG yang dipimpinnya mendapat kritikan karena cenderung diam saat suara penolakan tambang menyeruak di Takengon maupun di berbagai daerah di Aceh, Tagore AB menganggap kritikan tersebut sesuatu yang wajar.

"Kami sedang mengkaji dampak baik atau buruknya rencana penambangan tersebut, karena saya tidak bicara atasnama kepentingan seseorang atau segelintir orang, melainkan kepentingan masyarakat adat," ujarnya.

Baca juga: Tambang Emas Ilegal di Blok Cikidang Gunung Halimun Ditutup Permanen

Perlu kajian ilmiah

Sebab sebut Tagore, pernyataan sikap menolak atau mendukung harus dikaji secara ilmiah, tidak dapat disampaikan dengan cara yang emosional, apalagi dewan adat yang ia pimpin setara dengan Dewan Adat Dayak dan Dewan Adat Papua, yang terlebih dahulu sudah berhadapan dengan isu pertambangan.

"Seperti di Papua, Masyarakat Adat Papua mendapatkan sekitar 10 persen dari tambang Freeport dan diperuntukan bagi masyarakat adat Papua, kenapa masyarakat adat Gayo tidak bercontoh dengan itu?" Jelas Tagore.

Ia menegaskan, meski mendapat kritikan, pihaknya tidak akan mengambil statemen apapun terkait tambang, sampai dengan kajian ilmiah tambang ini selesai dibahas dengan melibatkan Dewan Adat Dayak dan Dewan Adat Papua.

"Kami akan mempelajari dari kedua dewan adat itu, bagaimana keuntungan dan kerugian tambang, baru kami mengeluarkan statemen, apalagi kami ingin mendaftarkan DAG ke PBB," ucapnya.

Baca juga: Indahnya Tanah Gayo di Takengon, Semua Stres Hilang Sejenak

Kritikan adalah hal wajar

Ditambahkan, tudingan beberapa orang terhadap DAG dalam persoalan tambang menjadi sesuatu yang wajar, karena suara yang mengkritiki lembaga tersebut belum mengetahui pokok persoalan.

"Mereka belum tahu apa itu Dewan Adat Gayo, karena urusan lembaga ini adalah masyarakat adat, mereka punya hak untuk mendapatkan keuntungan dari alam yang diberikan oleh Allah kelebihan ini. Saya punya bukti kalau hampir separuh tanah Gayo itu kaya akan emas, saya bisa buktikan itu, karena saya punya datanya," ungkap Tagore yang juga anggota DPR RI dari Partai PDI Perjuangan itu.

Ia juga menyebut bahwa segala kelebihan alam yang ada di Dataran Tinggi Gayo patut disyukuri, sehingga soal dukung mendukung tambng tidak boleh dilakuan secara tergesa-gesa.

"Rahmat Allah ini, kalau tidak diambil akan tetap menjadi kekayaan masyarakat Gayo, sehingga perlu mengkaji lebih jauh, keuntungan rencana penambangan dimaksud," tegasnya.

Baca juga: 4 Orang Tewas Tertimbun Longsor di Lokasi Tambang Emas Ilegal Kotabaru

Penolakan tambang emas

Seperti diberitakan sebelumnya, Senin (16/9/2019), ratusan massa dari mahasiswa dan LSM serta aktivis lingkungan berunjukrasa didepan Gedung DPRK Aceh Tengah.

Mereka menuntut pemerintah setempat menolak recana usaha tambang yang sedang diurus oleh PT Linge Mineral Resources.

Mereka menganggap penambangan akan merusak lingkungan, serta akan merusak salah satu kawasan yang sakral bagi masyarakat Gayo, yaitu wilayah Linge. 

Wilayah Linge ini kaya akan sejarah dan budaya serta menjadi salah satu simbol kejayaan Aceh pada jaman dahulu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com