Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melirik Hobi Manuskrip Kuno, Menjaga Warisan, Melawan Mitos Kualat

Kompas.com - 19/09/2019, 16:47 WIB
Andi Hartik,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Berbagai manuskrip kuno tersimpan rapi pada sebuah etalase sederhana di Perpustakaan Kota Malang, Kamis (19/9/2018).

Manuskrip itu merupakan koleksi Lulut Edi Santoso, seorang guru di SMAN 3 Kota Malang.

Kali ini, naskah tulisan tangan yang menjadi kajian itu sedang dipamerkan.

Lulut mengaku memiliki 20 manuskrip. Namun tidak semuanya dipamerkan.

Sebagian lainnya disimpan rapi di rumahnya di Tegalgondo, Karangploso, Kabupaten Malang.

Terdapat dua jenis manuskrip yang dimilikinya.

Manuskrip berupa huruf Jawa dan huruf Arab.

"Berdasar jenis tulisannya, tulisan Arab dan Jawa. Arabnya ada yang Al-Quran, ada yang secara umum orang menyebutnya Arab pegon. Huruf Arab, tapi bahasanya Jawa," kata Lulut.

Baca juga: Terungkap, Ini Penyebab Ribuan Ikan Mati Secara Misterius di Ambon

Selain berisi ayat dalam Al-Quran, manuskrip itu juga memuat hikayat sastra, termasuk Babad Demak.

"Bahan manuskripnya kertas. Ada yang terbuat dari kulit kayu, kulit hewan. Lainnya ada kertas Eropa dan kertas lokal," kata dia.

Lulut mulai mengoleksi manuskrip kuno sejak 10 tahun yang lalu. Berawal dari manuskrip warisan keluarga, ia terus mengoleksi manuskrip-manuskrip yang lainnya.

Saat masih duduk di bangku SMA, Lulut diminta oleh ibunya, Maseni, untuk mengambil manuskrip warisan keluarga yang ada di rumah pamannya di Nganjuk.

Namun, manuskrip itu tidak kunjung diberikan.

Manuskrip itu baru diberikan sekitar 10 tahun yang lalu. Manuskrip itu memuat ajaran tasawuf, fiqih dan berbagai mantra kuno.

"Manuskrip paling tua yang saya miliki berasal dari tahun 1600-an. Isinya kompilasi," ujar Lulut.

Berawal dari situ, muncul keinginan Lulut untuk mengoleksi manuskrip lainnya. Dalam 10 tahun, dia berhasil mengumpulkan 20 manuskrip.

Manuskrip itu dia beli dari sejumlah orang. Terakhir, dia membeli manuskrip seharga Rp 7 juta.

Ancaman rusak dan digitalisasi

Lulut mengatakan, usia yang terus menua membuat manuskrip itu rentan rusak. Apalagi ketika manuskrip itu berada di area lembab.

Bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Lulut berusaha melestarikan manuskrip kuno itu dengan mengonversikan dalam bentuk digital seperti format pdf.

Selain itu, Lulut juga berencana akan menulis ulang naskah itu, membuat salinan ulang, lalu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, supaya bisa dipelajari oleh generasi saat ini.

"Saya punya keinginan nanti ada teks asli saya pasangkan dengan transkipnya, saya bukukan dengan translate-nya," ujar Lulut.

Pria kelahiran Lamongan, 13 Maret 1965 ini memiliki alasan tersendiri mengoleksi manuskrip kuno itu.

Salah satu di antaranya supaya manuskrip itu tidak di ambil oleh pihak asing dan agar tidak musnah.

Sebab, menurut Lulut, ada kecenderungan masyarakat untuk membakar manuskrip kuno dan memendamnya, karena takut kualat jika memeliharanya.

"Agar tidak lari ke luar negeri. Agar tidak dibakar," kata Lulut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com