Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Palangkaraya Bertahan Menghirup Asap, Tak Ada Biaya Mengungsi hingga Sesak Napas

Kompas.com - 18/09/2019, 12:12 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sebagian besar warga Palangkaraya terpaksa bertahan menghirup asap pekat akibat kebakaran hutan yang melanda dalam beberapa hari terakhir.

Polusi yang melanda ibu kota Kalimantan Tengah ini mencapai 20 kali lipat lebih parah dari batas normal yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK.

Warga yang terpaksa bertahan di tengah pekatnya asap ini termasuk Budi Di Laman, warga Dayak sekaligus pekerja serabutan yang di usia senjanya masih mencari nafkah dengan menjaga kebun karet sambil sesekali menjadi kuli bangunan.

Ia mengaku tak punya dana untuk mengungsikan keluarganya keluar kota.

"Nggak (punya uang). Tetap aja kita bertahan, saya bertahan," ujarnya kepada BBC News Indonesia, Senin (16/9/2019).

Baca juga: Akibat Kabut Asap, Kualitas Udara Palangkaraya Masuk Kategori Berbahaya

"Anak-istri saya di kota (Palangkaraya), karena istri saya kan--kami kan ada empat cucu yang kecil-kecil, dia menjaga di rumah."

Saat ini, Budi justru memilih secara sukarela membantu pemadaman api bersama petugas pemadam kebakaran.

"Aku hampir 10 hari istirahat bekerja (untuk) memadamkan api dulu," akunya yang sudah selama 15 tahun terakhir ikut membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ia prihatin dengan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi setiap tahun. Budi berharap hujan segera turun untuk memadamkan api dan melenyapkan kabut asap.

"Yang penting saya bilang kita ini jangan sampai terserang penyakit habis asap ini. Aku ini kewalahan juga," tutup Budi.

Baca juga: Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat, Sekolah Diliburkan


"Sudah hampir seperti 2015"

Warga menggunakan masker saat berada di objek wisata bantaran Sungai Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019) dok BBC Indonesia Warga menggunakan masker saat berada di objek wisata bantaran Sungai Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019)
Warga yang memiliki dana seperti Yudistira Tribudiman bisa memilih untuk membawa keluarganya ke Jakarta pada Jumat (13/09) lalu.

Ia mengaku penyakit sinusnya sempat kambuh saat kabut asap mulai menyelimuti Juli lalu.

"Awal Juli itu saya nggak begitu sadar bahwa ada asap, mungkin ada, tapi nggak begitu sadar, tapi orang lain yang hidungnya lebih peka bisa langsung cium," tutur Yudi saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Di samping sinus, secara umum setiap kali ia menghirup asap terlalu lama, ia merasa tubuhnya tak karuan.

"Bisa pusing, bisa sesak, kayak ngos-ngosan, kayak engap gitu," jelasnya.

Baca juga: Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat di Malam Hari, Warga Keluhkan Sesak Napas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com