KOMPAS.com - Dua kabupaten yang digadang-gadang sebagai lokasi pemindahan ibu kota negara, yakni Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara, terpapar kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Beberapa titik api saat ini masih terpantau menyebar di semua kabupaten dan kota di wilayah Kalimantan Timur.
Berikut fakta dari calon ibu kota negara yang terpapar kabut asap karhutla:
Baca juga: Hilangkan Asap, 40 Ton Kapur Tohor Aktif Bakal Ditabur di Kawasan Karhutla Sumatera dan Kalimantan
Gubernur Isran Noor mengatakan titik api di Kalimantan Timur tidak sebanyak di provinsi lain di Pulau Kalimantan, sehingga kabut asap yang ditimbulkan belum menunjukkan memburuk atau masih kategori aman.
“Justru lebih banyak kita menerima kiriman asap. Di beberapa kabupaten yang katanya asap menebal mulai menurun. Kemudian, di beberapa daerah justru tidak terlalu tebal,” kata Isran.
Tebalnya kabut asap di Kaltim, menurut Isran dipicu arah angin dari tenggara dan barat daya menuju Kaltim.
Baca juga: Calon Ibu Kota Negara Tepapar Kabut Asap, Ini Tanggapan Gubernur Kaltim
Para siswa SD di Berau libur selama tiga hari sejak Senin hingga (18/9/2019).
Gubernur Isran Noor menjelaskan tim gabungan masih bergerak mendeteksi titik timbul api sekaligus melakukan upaya pemadaman.
“Kita evaluasi terus. Apakah nanti ditetapkan gawat darurat atau nggak, kita masih menunggu,” tutur Isran.
Baca juga: Kabut Asap Semakin Pekat, SMA dan SLB di Kalimantan Barat Libur 3 Hari
"Yang pasti di sana itu lokasi tanah sudah dicek tidak mengandung bahan gambut maupun bahan yang mudah terbakar seperti batu bara," ujar Bambang di Jakarta, Senin (16/9/2019
Terkait potensi terpapar kabut asap, menurut Bambang menjadi hal yang lumrah karena negara lain seperti Singapura da Malayasia pun terdampak hal serupa.
Baca juga: Bappenas: Risiko Kabut Asap di Ibu Kota yang Baru Paling Rendah
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan belum menerima kaporan mengenai potensi titik panas di kawasan lokasi ibu kota baru.
"Titik panas tidak di situ, dan itu kan sekarang jadi hutan tanaan industri. Selama belum ada laporan apa-apa berarti kondisi di sana baik-baik saja," ujar Bambang.
Menurunya kabut asap merupakan risiko yang harus dihadapi, karena kedua lokasi ibu kota baru dipandang sebagai wilayah yang paling aman dari segala potensi bencana.
Baca juga: Kabut Asap di Kepri Makin Pekat, Warga Diminta Banyak Konsumsi Air Putih
"Jadi ini bencana mungkin terjadi, tapi yang pasti risiko terjadi di sana paling kecil di antara lokasi yang kita pilih," jelas dia.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 23 penerbangan dari dan menuju Bandara APT Pranoto di Samarinda, Kalimantan Timur, dibatalkan, Sabtu (14/9/2019).
Hal ini dipicu kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di provinsi yang dipilih menjadi ibu kota baru itu.
Baca juga: Kabut Asap Menipis, Penerbangan di Bandara Banjarmasin Berangsur Normal
Hasilnya Ibu Kota yang baru minim potensi karhutla dan khususnya di bagian Utara Bukit Soeharto yang tidak banyak tambang batu bara.
"Kami sudah survei, kalau yang di sebelah timur (bukit) Soeharato-Semboja itu memang daerah batu bara tapi sebelah utara kelihatannya batu baranya tidak signifikan menurut survei kita," kata Basoeki, Senin (16/9/2019).
Baca juga: Antisipasi Kebakaran Lahan, Ibu Kota Baru akan Dilengkapi Bendungan Penampung Air
Namun Basoeki mengungkapkan masih akan melakukan kajian lebih detail ihwal potensi karhutla di kawasan Samarinda.
Bahkan, pihaknya telah merencanakan untuk membuat bendungan sebagai langkah antisipasi jika terjadi Karhutla sewaktu-waktu.
"Kita kan lokasinya di sebelah sini, kalau yang di sebelah sininya yang kena tol itu memang gambut batu bara. Tapi yang sebelah sini (utara) batu bara tipis. Mau bikin bendungan di situ," ujarnya.
Baca juga: 17 Titik Api Ditemukan di Wilayah Calon Ibu Kota Baru
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basoeki Hadimoeljono menjelaskan wilayah Kabupaten Penajam Paser berdasarkan hasil survei tidak terlalu berpotensi terjadi karhutla.
"Menurut survei kami yang recognize tipis. Kalau batu bara itu bahaya, dia bisa terus tahunan kalau ter-ekspose terbakar itu bisa masuk ke dalem dan itu paling susah," jelasnya.
Sementara itu di Samarinda, sebanyak 23 penebangan dari dan menuju Bandara APT Pranoto dibatalkan, Sabtu (14/9/2019).
Baca juga: Karhutla di Sumatera dan Kalimantan, 144.000 Warga Kena ISPA
Jarak pandang di Bandara APT Pranoto hanya 800 meter. Padahal jarak pandang idealnya 5.000 meter.
Kondisi diperparah dengan kiriman asap dari Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang mengepung Kota Samarinda sejak Jumat (13/9/2019).
Akibat karhutla terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang terdampak. Seperti Kepulauan Riau, Jambi, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, bahkan negara tetangga Malaysia yang berselimut kabut asap.
Baca juga: Gubernur Kalbar: Pemadaman Karhutla Sudah Maksimal, Saatnya Minta Tuhan Turunkan Hujan
Dinas Kehutanan Kalimantan Timur mencatat sejak Rabu (28/8/2019) hingga Kamis (29/8/2019), ditemukan empat titik api di Kabupaten Berau, Kutai Kertanegara dan Kutai Timur.
Kemudian pada Jumat (30/8/2019) bertambah menjadi 17 titik yang tersebar di Kabupaten Berau, Kutai Barat, Kutai Kertanegara, Kutai Timur dan Kabupaten Paser.
Dua titik api juga ditemukan di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Hasil identifikasi BPBD Kaltim pada semester pertama 2019 atau periode Januari-Juni, tercatat ada 215 karhutla.
Baca juga: 17 Titik Api Ditemukan di Wilayah Calon Ibu Kota Baru
Jumlah ini termasuk kebakaran permukiman warga.
Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) BPBD Kaltim Sugeng Priyanto mengatakan pemicu kebakaran hutan lebih didominasi ulah manusia membakar lahan, buang puntung rokok dan lainnya.
Ia juga mengatakan Agustus 2019 jadi puncak musim panas.
"Tapi biar bagaimanapun kita selalu berupaya mengendalikan titik api agar nggak menjalar," jelasnya, Jumat (30/8/2019).
SUMBER: KOMPAS.com (Zakarias Demon Daton, Mutia Fauzia, Murti Ali Lingga)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.