Selain api yang sangat besar, asap juga sangat pekat di sekitar rumahnya.
Sri dan keluarganya memutuskan untuk mengungsi sampai situasi aman. Dia mengungsi ke rumah saudaranya yang tak begitu jauh dari tempat tinggalnya.
"Sekarang kami sekeluarga mengungsi ke rumah saudara. Sebagian barang-barang dalam rumah juga sudah dikeluarkan untuk dievakuasi," sebutnya.
Baca juga: Mahasiswa Sodorkan 6 Poin soal Karhutla, Gubernur Sumsel Siap Mundur, jika...
Sejak mengungsi, Sri dan suaminya sering bolak balik melihat rumahnya. Dia masih khawatir jika api membesar lagi.
Namun, tadi siang sudah banyak petugas dari TNI, kepolisian, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat berjibaku memadamkan api.
Sebagian besar titik api sudah berhasil dipadamkan. Luas lahan yang terbakar sekitar lima hektar.
Sejauh ini, belum diketahui penyebab kebakaran yang terjadi di perbatasan Kota Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar ini.
"Penyebabnya saya enggak tahu juga. Karena kebakaran terjadi sejak hari Minggu (15/9/2019) kemarin," sebut Sri.
Meski titik api sudah cukup jauh dari rumahnya, Sri mengaku masih ketakutan mendengar si jago merah melahap semak belukar dan gambut.
Apalagi, pada malam hari warga yang tinggal di dekat jalan lintas Riau-Sumatera Barat ini, sesekali mendengar suara api.
"Saya ketakutan dengar suara api. Tidur pun jadi tak nyaman, karena rumah tinggal," tutur Sri.
Dia berharap kebakaran lahan didekat rumahnya agar cepat teratasi, agar dapat kembali ke rumah.
Terpapar asap
Sebelum terjadinya kebakaran di dekat rumah Sri, kabut asap juga sudah hampir sepekan menyelimuti permukiman warga. Kabut asap disebabkan oleh karhutla di lokasi lain.
Namun, kabut asap diperparah dengan adanya kebakaran dekat rumahnya. Sehingga, Sri dan keluarganya makin terkena dampak kabut asap.