Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Arsy, Polisi Kemanusiaan yang Bangun 2 Rumah untuk Warga Miskin

Kompas.com - 17/09/2019, 12:39 WIB
Markus Makur,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Polisi Arsilinus Lentar (39) yang disapa Polisi Arsy merasa iba dan kasihan dengan nenek lanjut usia serta anak-anaknya yang menyandang disabilitas.

Hati nurani Arsy tesentuh saat melihat rumah nenek Paulina Lawus (70) yang reyot dan berdindingkan pelupuh bambu di Kampung Deru, Desa Compang Deru, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Arsy mengetahui kondisi nenek Paulina dan anak-anaknya itu saat ia melakukan patroli di kampung-kampung di wilayah kerjanya.

Berawal dari keprihatinan itu, Arsy pun tergerak untuk berbuat sesuatu dengan membangun rumah layak huni untuk Paulina.

“Berawal dari iseng dengan memposting di media sosial Facebook tentang kondisi rumah Nenek Paulina yang sangat tidak layak dihuni ini mendapatkan respons positif dari publik serta mendorong saya untuk membangun rumahnya," kata Arsy kepada Kompas.com, Selasa (17/9/2019).

Baca juga: Kisah Kortinus: Mantan Juru Parkir yang Jadi Pengusaha Sukses, Setiap Hari Bantu Kaum Papa...

 

Arsy pun menggalang dana spontan di media sosial demi bantu membangun rumah nenek Paulina. Aksi itu dilakukan sejak 2018.

"Saya melaporkan kepada kapolres Manggarai terhadap berbagai aktivitas kemanusiaan untuk menolong warga miskin di wilayah kerja saya,” jelasnya.

 

Selain melalui media sosial, Arsy juga menggalang bantuan dana dari teman kerja di Polres Manggarai, kerabat dan keluarganya.

Berkat jasa dan kebaikan semua pihak, rumah layak huni Nenek Lawus bisa dibangun dalam tenggat waktu tiga bulan dengan melibatkan warga setempat.

“Dan, diserahkan langsung oleh Kapolres Manggarai AKBP Cliffry Steiny Lapian melalui Kasat Binmas saat itu,” jelasnya.

Rumah untuk Mama Anastasia

Selain bantu rumah Paulina, Arsy juga menggalang dana untuk membangun rumah Mama Anastasia Undik (40) dari Kampung Lompong, Desa Golo Lembur, Kecamatan Lamba Leda.

“Sejak ditinggal suaminya pada 2010 lalu, Mama Undik dan kelima buah hatinya terus meratap dalam keterbatasan ekonomi. Mirisnya, tak hanya soal kekurangan ekonomi, kondisi pahit dalam kehidupan Mama Undik sangat memprihatinkan. Ukuran rumahnya sekitar 4x5 meter. Dinding dan atapnya terbuat dari pelupuh bambu. Lantainya tanah. Keluarganya tampak berdesakkan saat tidur malam,” jelasnya.

Arsy menjelaskan, tempat tidur mereka juga dibuat Mama Undik dari bambu dalam bentuk tenda.

Tak ada kamar khusus untuk keluarga dan tamu, selayaknya rumah kebanyakan orang. Tak pula ada kasur. Alas tidur mereka hanya berupa tikar yang dijahit dari kertas karung semen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com