Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditinggal Suami, Seorang Ibu Bolak-balik Tempuh 100 Km Didik Anaknya yang Autis

Kompas.com - 17/09/2019, 07:42 WIB
Heru Dahnur ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Pagi masih berselimut embun saat sebuah bus jurusan Toboali Bangka Selatan - Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung melaju dengan kecepatan sedang.

Tak banyak penumpang di dalamnya. Di antaranya terdapat Camelia Sulandi (42) dan putranya Andri Sanputra (14).

Ini adalah perjalanan cukup melelahkan yang ditempuh ibu dan anak itu setiap pekannya.

Dari rumah mereka di Desa Keposang, Bangka Selatan, keduanya merapah rute sepanjang hampir 100 kilometer menuju Pusat Layanan Autis (PLA) di Pangkal Pinang.

Bagi Camelia, tujuannya hanya satu. Sang buah hati bisa hidup normal dan mandiri seperti anak-anak lainnya.

"Untuk terapi harus dibawa ke PLA. Kalau di rumah saja, ilmunya tidak cukup dan tidak tersusun," kata Camelia saat berbincang dengan Kompas.com di ruang istirahat PLA, Senin (16/9/2019).

Baca juga: Dora Miranda, Pelopor Pendidikan dan Terapi Anak Autis Gratis di Bengkulu

Tanpa terasa sudah tiga tahun lamanya Camelia dan putranya bolak-balik Toboali-Pangkalpinang.

Tak terhitung lagi biaya dan waktu yang dikorbankan demi pengobatan anaknya itu.

"Sekali berangkat bisa Rp 140.000. Dari rumah ongkos ojek Rp 20.000. Naik bus Rp 40.000. Beruntung anak hitungannya masih sekolah sehingga kena Rp 10.000 dan biaya makan yang harus dikeluarkan," ujar dia.

Single parent

Camelia adalah potret seorang wanita single parent. Sejak sembilan tahun terakhir, Ia membesarkan anaknya seorang diri.

Suaminya pergi meninggalkan rumah karena tak kuat menanggung beban hidup yang dihadapi.

Bekerja secara serabutan dengan penghasilan tak menentu menjadi salah satu penyebab sang ayah pergi tak pernah kembali.

Tak hanya soal ekonomi. Kondisi si bungsu yang tumbuh dengan kebutuhan khusus diduga ikut menjadi penyebab retaknya rumah tangga.

Kini tinggallah Camelia menjadi seorang wanita super hero.

Apa pun dikerjakannya asal mendapat rezeki yang halal. Mulai dari pembersih ladang orang, tukang cuci piring hingga tukang petik sahang (lada) dilakoninya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com