Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita di Balik Bencana Kebakaran Hutan, Terkepung Kabut Asap hingga Sesakkan Dada

Kompas.com - 17/09/2019, 05:50 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

3. Saran BMKG untuk warga di Palangkaraya

Di Kota Palangkaraya terpantau ada sebanyak 119 hot spot per Selasa. Sedangkan pada Senin hanya 28 hot spot.

Penyebab naiknya titik panas ini lantaran kebakaran lahan gambut meluas, sehingga menimbulkan kabut asap pekat.

Menurut BMKG, kabut asap kebakaran lahan gambut ini berdampak buruk bagi kesehatan sehingga warga harus lebih waspada.

BMKG menyarankan warga untuk menggunakan pelindung pernapasan atau masker saat beraktivitas di luar rumah. Kabut asap juga berbahaya karena membuat jarak padang menjadi pendek.

Baca juga: Dampak Kabut Asap, Puluhan Ribu Warga Terserang ISPA hingga Warga Salat Minta Hujan

4. Keluhan warga korban kabut asap

Warga menggunakan masker saat berada di objek wisata bantaran Sungai Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019). Kota Palangkaraya kembali diselimuti kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah sehingga menimbulkan aroma yang menyengat dan menggangu aktivitas warga.ANTARA FOTO/RENDHIK ANDIKA Warga menggunakan masker saat berada di objek wisata bantaran Sungai Kahayan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019). Kota Palangkaraya kembali diselimuti kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah sehingga menimbulkan aroma yang menyengat dan menggangu aktivitas warga.

Tak dipungkiri, warga Kota Palangkaraya menderita setelah kabut asap tebal menyelimuti kampung.

Erli sebagai ibu rumah tangga mengatakan, kabut asap ini sangat membuat anaknya mengalami sakit.

“Anak saya baru saja sembuh dari sakit, batuk-batuk, saya takut kalau anak saya sakit lagi karena asap seperti sekarang”, kata Erli saat ditemui saat sedang berada di ruas jalan Yos Sudarso, Palangkaraya.


Lain lagi dengan keluhan Kris, seorang pekerja Penyapu Jalan di Kota Palangkaraya.

“Kalau kerja mata saya sudah terasa perih, batuk dan yang pasti sesak napas mas, apalagi saya kerja dijalanan seperti ini, tambah menyiksa”, kata Kris saat ditemui saat sedang bekerja menyapu jalan di ruas jalan Yos Sudarso, Palangkaraya.

Baca juga: Akibat Kabut Asap, Kualitas Udara Palangkaraya Masuk Kategori Berbahaya

5. Semakin malam, kabut semakin pekat dan menyesakkan dada

Foto kondisi suasana saat kabut asap selimuti kota Palangkaraya di malam hari, Selasa (10/9/2019). KOMPAS.com/KURNIA TARIGAN Foto kondisi suasana saat kabut asap selimuti kota Palangkaraya di malam hari, Selasa (10/9/2019).

Berdasar pantauan Kompas.com, kabut asap semakin pekat pada malam hari. Hal itu membuat sejumlah aktivitas warga di malam hari terganggu.

Hal itu sangat dirasakan olah Trimo yang harus berjualan bakso hingga malam hari. Ia mengaku sangat terganggu dengan kondisi kabut asap yang semakin tebal dan pekat, seperti saat ini.

“Sering batuk dan bahkan sering juga sakit kepala,” kata Trimo kepada Kompas.com saat berjualan Bakso di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

Sementara itu, seorang driver ojek online bernama Dani, mengatakan, jika bekerja di malam hari kabut asap sangat mengganggu dan mulai terasa bagi kesehatan.

“Saya malah sering merasa sesak napas, batuk dan mata perih. Apalagi saat narik ojol,” kata Dani kepada Kompas.com saat menunggu penumpang di Bundaran Besar, Kota Palangkaraya. Selasa (10/09/2019).

Baca juga: Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat di Malam Hari, Warga Keluhkan Sesak Napas

Sumber: KOMPAS.com (Kurnia Tarigan, Rachmawati)

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com