Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita di Balik Bencana Kebakaran Hutan, Terkepung Kabut Asap hingga Sesakkan Dada

Kompas.com - 17/09/2019, 05:50 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Bencana kebakaran hutan telah membuat kabut asap menyelimuti warga di Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng). Udara bersih semakin sulit untuk dihirup.

Meningkatnya jumlah titik api juga membuat kabut asap di malam hari semakin terasa pekat dan tebal.

Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tjilik Riwut, Palangkaraya, hingga Selasa (10/92019), ada peningkatkan jumlah titik panas yang cukup tinggi di wilayah tersebut.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk para korban kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Sumbangkan sedikit rezeki Anda untuk membantu mereka yang membutuhkan, terutama untuk pembelian masker dan kebutuhan lainnya yang perlu. Klik di sini untuk donasi via Kitabisa.com.

Sementara itu, kondisi kabut asap tersebut terpantau semakin parah pada hari Senin (16/9/2019).

Warga warga yang akan menjalankan kegiatan di luar rumah harus ekstra hati-hati karena jarak pandang di sepanjang ruas jalan sangat terbatas.

Berikut ini fakta dampak kabut asap di Kalimantan:

1. Gara-gara kabut asap, sekolah diliburkan

SMA Katolik Palangkaraya SMA Katolik Palangkaraya

Gara-gara kabut asap yang pekat dan tebal, siswa sekolah di Palangkaraya diliburkan selama tiga hari mulai Senin (16/09/2019).

Kepala Sekolah SDN 1 Menteng, Deni mengatakan, kondisi saat sekarang sangat berbahaya bagi kesehatan siswa sekolah.

“Melalui surat edaran dari Pemerintah Kota Palangkaraya, untuk merumahkan semua siswa, terhitung sejak hari ini sampai tiga hari ke depan”, kata Deni saat ditemui di sekolah SDN 1 Menteng. Senin (16/09/2019).

Baca juga: Jarak Pandang Hanya 150 Meter, Bandara Supadio Pontianak Lumpuh Total

2. Kualitas udara buruk, ratusan siswa terkena ISPA

Pengendara melintas di Jembatan Kahayan yang diselimuti kabut asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019). Kota Palangkaraya kembali diselimuti kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah sehingga menimbulkan aroma yang menyengat dan menggangu aktivitas warga.ANTARA FOTO/RENDHIK ANDIKA Pengendara melintas di Jembatan Kahayan yang diselimuti kabut asap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Minggu (15/9/2019). Kota Palangkaraya kembali diselimuti kabut asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Kalimantan Tengah sehingga menimbulkan aroma yang menyengat dan menggangu aktivitas warga.
Berdasar informasi yang dilihat pada papan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah masuk dalam katagori berbahaya.

Di mana kosentrasi paramater pencemaran pm sepuluh, sudah pada angka lima ratus paramater critical (PM10). Hal ini membuat para siswa terkena penyakit ISPA.

“Melalu data yang kami kumpulkan, dari lebih 400 orang siswa, sebanyak 300 orang lebih siswa yang sudah terkena ISPA” tambah Deni.

Kondisi tersebut membuat pihak sekolah sudah mulai prihatin atas kondisi kabut asap yang tebal dan pekat terus menyelimuti Kota Palangkaraya.
“Bahkan ada sejumlah siswa yang sudah hampir dalam satu minggu tidak masuk sekolah karena terserang ISPA” tambah Deni lagi.

Baca juga: Kabut Asap di Palangkaraya Semakin Pekat, Sekolah Diliburkan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com