Sensasi itulah yang terkenang di lidah para penggemarnya secara turun-temurun lantaran lokasi serta harganya yang murah.
Pemilik warung bernama Halimah (54) mengatakan, sudah mulai berjualan sejak zaman orde baru bersama sanak saudaranya.
Kemudian untuk pekerja bergantian empat bulan sekali yang kebanyakan adalah saudara sendiri.
Warung tersebut pun sudah berulang kali direnovasi, terdapat banyak perubahan pada interiornya.
"Ini sudah lama (berdiri) dari tahun 87 an sejak awal UI itulah dan enggak pindah-pindah, hanya saja sering direnovasi kemudian pekerjanya empat bulan sekali ganti sama adik ibu dan karyawannya banyak dari saudara," ujarnya.
Ia menceritakan, warung makan miliknya mulai ramai dikunjungi sejak era orde baru hingga memasuki reformasi.
Bahkan, nama warungnya sudah melanglang buana karena alumni-alumni UI sering kali mengenalkan warung tersebut.
Baca juga: Cerita Para Penikmat Kantin Mem USU, Warung Pilihan Mahasiswa yang Sedang Bokek
Dirinya meyakini, penyebabnya karena nama Sasari yang berarti sederhana, murah dan memiliki cita rasa yang nikmat.
Selain itu, terdapat sensasi berbeda ketika menyantap makanan lantaran saat itu kondisi bangunan warung berdekatan dengan rel kereta yang masih satu jalur.
Warung yang menyajikan makanan enak dan murah sudah pasti jadi incaran banyak orang kala itu hingga saat ini.