Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sekarang Kami Tidak Malu Lagi dengan Warga Timor Leste"

Kompas.com - 14/09/2019, 07:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

ATAMBUA, KOMPAS.com — Duduk sembari menyilangkan kedua kaki di kursi plastik berwarna merah marun, Febianus Kali masih terlihat letih dan sedikit pucat.

Lelaki berusia 35 tahun ini baru saja pulang dari tempat kerja di sekitar area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (10/9/2019) sore.

Febianus memiliki profesi ganda di lokasi PLBN yang berada di garis batas antara Indonesia dan Timor Leste.

Baca juga: Kisah Kakek Lumpuh Berusia 98 Tahun, Ditinggalkan Anak karena Sakit-sakitan hingga Tak Pernah Mandi 9 Bulan

Profesi yang digelutinya ialah porter, yang punya tugas membantu pelintas batas mengangkut barang bawaan.

Dia juga menawarkan diri kepada pelintas untuk mengisi formulir yang diberikan pihak imigrasi. Upah yang diterima variatif, dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000.

Mengenakan topi dan kaus hitam, celana jeans abu-abu, serta sandal jepit, Febianus duduk di sudut kiri di depan rumah salah satu warga yang mendapat bantuan dari pemerintah pusat.

Pria berkulit gelap itu tinggal bersama 99 kepala keluarga lain di kawasan lereng bukit Dusun Webenahi, Desa Silawan.

Febianus mengatakan, pembangunan PLBN Motaain telah mengubah hidupnya dan warga di sekitar.

Febianus dan puluhan warga lain beruntung karena masing-masing kepala keluarga mendapat bantuan rumah permanen tipe 36 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2016.

Warga pun kemudian sepakat dan menamai permukiman mereka dengan nama Kampung Jokowi.

Febianus berkisah soal kondisi kehidupannya sekarang.

"Kalau dulu, cari uang susah dan rumah kami hanya beratap daun dan berdinding. Kondisi rumah kami lebih buruk dari rumah milik warga Timor Leste yang ada di perbatasan. Tapi sekarang rumah kami jauh lebih bagus dan kehidupan ekonomi kami juga baik," ungkap Febianus saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa.

Ada rasa bangga dalam diri Febianus dan warga lain karena bukan hanya rumah mereka yang telah dibangun permanen oleh pemerintah pusat, tapi juga sejumlah bangunan milik pemerintah yang berdiri kokoh dan megah.

Bangunan yang dimaksud seperti PLBN Motaain, Puskesmas Silawan, polsek, dan kantor Desa Silawan.

Apalagi, Jokowi sudah tiga kali berkunjung ke wilayah mereka sehingga kebanggaan bukan hanya dirasakan oleh Febianus dan warga lain, melainkan juga semua masyarakat Kabupaten Belu dan NTT.

Febianus mengaku sering bepergian dan melihat kondisi kehidupan masyarakat Timor Leste yang berada di perbatasan, khususnya di Batugade dan Koa di Distrik Bobonaro.

Sebelumnya, bangunan milik warga dan pemerintah Timor Leste lebih bagus dari miliknya sehingga dia sempat merasa malu jika membuat perbandingan di antara kedua negara itu.

Tetapi, setelah pemerintah pusat membangun PLBN Motaain dan fasilitas publik lain serta 100 rumah permanen bagi masyarakat Desa Silawan, perubahan pun terjadi.

Kondisi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT)KOMPAS.COM/SIGIRANUS MARUTHO BERE Kondisi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT)
Bahkan, ekonomi warga di perbatasan saat ini telah bertumbuh dengan baik.

"Pendapatan saya dari pekerjaan saya ini, kalau pelintas sepi Rp 100.000 dan kalau ramai bisa sampai Rp 200.000 per hari," ujar Febianus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com