Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Tak Direspons, Warga Magetan Buka Wisata Bau Busuk

Kompas.com - 13/09/2019, 18:10 WIB
Sukoco,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com – Bau busuk dari limbah pembuangan pabrik kulit tidak juga ditangani pemerintah daerah. Akibatnya, warga RW 03 Kelurahan Kauman, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, membuka wisata baru di Kali Gandong.  

Warga yang kesal karena keluhannya tidak direspons kemudian meresmikan wisata bau busuk di kawasan tersebut.

Ketua RW 03 Kelurahan Kauman Muhammad Iqbal mengatakan, bau busuk sungai yang berasal dari pembuangan limbah pabrik kulit LIK sudah puluhan tahun dirasakan warga.

Bahkan, warga mengaku sudah kebal dengan bau busuk tersebut.

“Kita yang sudah puluhan tahun kebal dengan bau busuk, kemarin itu warga tidak tahan busuknya. Shalat subuh saja kami pakai masker,” ujar Iqbal, Jumat (13/9/2019).

Baca juga: Terjadi Lagi, Belasan Santri Putri Diduga Korban Pencabulan Pimpinan Pesantren

Iqbal mengatakan, warga akhirnya sepakat untuk membuat spanduk wisata baru Kali Gandong agar masyarakat lainnya bisa menikmati bau busuk yang menyengat dari Kali Gandong.

Aksi protes tersebut membuat sejumlah warga tertarik datang dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

”Biar orang pada tahu, ini lho Kali Gandong yang baunya setiap hari kami hirup. Silakan saja datang dan merasakan seperti apa yang kami rasakan,” kata Iqbal.

Selain bau busuk menyengat dari buangan limbah pabrik kulit, bantaran Sungai Gandong juga longsor.

Iqbal mengatakan, longsor yang terjadi pada awal Februari 2018 telah menggerus separuh lebih jalan yang melintasi RW 03.

“Sudah setahun lebih longsor, kejadian 6 Februari 2018. Ada 3 meter bahu jalan yang ambles ke sungai,” kata Iqbal.

Longsor dan air sungai tercemar limbah pembuangan pabrik kulit LIK, warga menjadikan sungai Gandong sebagai wisata bau,KOMPAS.com/SUKOCO Longsor dan air sungai tercemar limbah pembuangan pabrik kulit LIK, warga menjadikan sungai Gandong sebagai wisata bau,
Menurut Iqbal, warga telah beberapa kali meminta perhatian pemerintah daerah ataupun DAS Solo, selaku pemilik kewenangan pengelolaan aliran Sungai Gandong untuk menangani longsor serta limbah pabrik kulit yang berbau busuk.

Namun, hingga menjelang musim hujan, belum ada penanganan terkait masalah tersebut.

Warga khawatir longsor akan semakin parah saat musim hujan tiba di wilayah tersebut.

“Dari DAS sendiri belum bisa memberikan jadwal yang pasti, mau dikerjakan kapan. Alasannya waktu itu masih prioritas Pacitan dan Bojonegoro. Khawatirnya, kalau musim hujan mendatang tidak ditangani, longsor akan semakin parah,” ucap Iqbal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com