Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapur Jompo, Mengenang Habibie dan Ainun Lewat Serantang Nasi

Kompas.com - 13/09/2019, 17:15 WIB
Dendi Ramdhani,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Miah (83) tengah menikmati hangatnya sinar mentari pagi di bangunan sederhana di kawasan Sukasari, Kota Bandung.

Kakinya berselonjor pada sebuah bangku di halaman bangunan sederhana bernama Dapur Jompo.

Dapur Jompo merupakan salah satu jejak peninggalan mendiang Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan istrinya Ainun Habibie.

Dapur Jompo beralamat di di RT 1 RW 4 Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, hanya sepelemparan batu dari rumah perisitirahatan keluarga Habibie.

Baca juga: Makam Habibie-Ainun Ramai Dikunjungi Peziarah Sejak Pukul 10 Pagi

Bangunan berdinding papan dan beratap seng itu didirikan pada tahun 1982. Sesuai namanya, Dapur Jompo merupakan dapur kecil yang tiap hari membuat ragam masakan untuk dibagikan kepada warga lansia di daerah tersebut.

Meski rupanya sederhana, bangunan tersebut menyimpan nilai kebaikan dan kedermawanan yang tak terukur.

Sebab, sejak dibangun atau sudah 37 tahun Dapur Jompo nyaris tak pernah putus membagikan makanan bagi para jompo.

Wangi sayur labu siam menyeruak di Dapur Jompo. Dalam sebuah baskom, ikan pindang berwarna kecoklatan baru saja ditiriskan.

Teti (62), salah seorang juru masak, sibuk mengolah sayur labu dan sepanci nasi pada kompor gas dua tungku.

Sementara Cucun (47), rekan Teti, tengah mencuci peralatan masak. Teti dan Cucun adalah generasi ketiga yang bertugas sebagai koki di Dapur Jompo.

Teti bercerita, saban pagi sekitar pukul 08.00 WIB salah seorang pegawai di Gedong, begitu warga menyebut rumah peristirahatan keluarga Habibie, datang untuk menyuplai berbagai bahan makanan seperti ikan, daging, sayur, telur, dan beras.

Kata Teti, dalam setahun hanya hari raya Idul Fitri Dapur Jompo tak ngebul. Sebagai gantinya, keluarga Habibie membagikan uang, pakaian dan paket sembako bagi warga jompo.

"Total sekarang ada 25 warga jompo yang terdaftar," ucap Teti saat ditemui Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Teti mengaku tak begitu hafal sejarah berdirinya Dapur Jompo. Ia hanya mengetahui jika Dapur Jompo diinisiasi oleh Ainun dan Habibie.

"Saya gak tahu sejarahnya. Tapi warga di sini sudah tahu kalau Dapur Jompo dibangun atas ide Ibu Ainun dan Pak Habibie. Karena beliau punya rumah di sini jadi beliau kasih bantuan untuk warga sekitar," katanya.

Teti dan Cucun tak pernah sekalipun bertatap muka dengan Ainun dan Habibie. Namun, waktu 20 tahun yang ia habiskan sebagai juru masak sudah cukup merepresentasikan sifat dermawan dari keluarga Habibie.

"Bahkan pengurus Dapur Jompo itu digaji, bukan relawan. Belum pernah ketemu sejak 20 tahun bekerja di sini. Kita hanya mendengar kalau beliau ada di Gedong. Biasanya kalau pulang dari Jerman sering istirahat di Gedong," ungkap Cucun.

Ketika kabar duka hinggap di Dapur Jompo, seluruh pengurus dan warga lansia di sana sangat merasakan kehilangan.

"Sedih pisan walaupun belum pernah ketemu ada ikatan emosional. Kita sangat sedih," kata dia.

Baca juga: Ingin Hubungan Langgeng seperti Habibie-Ainun, Ini 6 Tipsnya

Salah satu kegelisahan yang Cucun dan Teti rasakan, bagaimana nasib Dapur Jompo sepeninggal Ainun dam Habibie.

"Sekarang lagi nunggu kabar apakah Dapur Jompo dilanjut atau tidak. Kita inginnya masih lanjut. Orang kaya mah banyak, tapi yang konsisten seperti Pak Habibie dan Bu Ainun gak akan nemu lagi," ujarnya.

Sekitar pukul 10.30 WIB, warga lansia mulai berdatangan. Sebuah rantang disimpan di atas bangku mengantre untuk diisi hasil olahan Teti dan Cucun.

Miah, adalah satu dari 25 warga jompo yang kebagian jatah makanan. Wanita berusia 83 tahun itu berupaya mengingat bagaimana Habibie dan Ainun mendirikan Dapur Jompo.

Dengan ingatan seadanya, Miah menyebut saat itu Ainun datang bersama dua putranya yang masih kecil. Ia meminta persetujuan warga sekitar untuk membangun Dapur Jompo.

"Ibu Ainun sangat ramah. Walau ada nenek-nenek berpenampilan lusuh beliau tetap mau merangkul, berpelukan," ucap Miah dengan suara lirih.

Miah mengaku masih mengoleksi semua pemberian keluarga Habibie berupa 27 kain samping yang ia dapat tiap lebaran.

"Saya punya 27 samping yang dikasih pas lebaran. Semua jompo ngumpul di Gedong dikasih pakaian dan sembako," kenangnya.

Sukaesih (78), masih ingat saat ia disapa Habibie. Kala itu, ia berpapasan dengan Habibie saat hendak shalat Jumat.

"Gak tahu tahun berapa. Saat itu ada acara di Gedong, saya papasan sama Pak Habibie lalu nyapa saya, itu gak akan pernah lupa," ujar Sukaesih.

Meski Habibie dan Ainun telah tiada, Sukaesih menganggap nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan tak akan pernah pudar.

"Pak Habibie itu meninggal dengan keadaan wangi, meninggalkan kebaikan luar biasa bagi warga di sini," jelasnya.

Pukul 11.00 WIB, Teti dan Cucun merampungkan tugasnya membagikan makanan. Para warga jompo pun bergegas pulang dengan serantang nasi dan lauk pauk untuk disantap menjelang siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com