Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapur Jompo, Mengenang Habibie dan Ainun Lewat Serantang Nasi

Kompas.com - 13/09/2019, 17:15 WIB
Dendi Ramdhani,
Khairina

Tim Redaksi

Teti dan Cucun tak pernah sekalipun bertatap muka dengan Ainun dan Habibie. Namun, waktu 20 tahun yang ia habiskan sebagai juru masak sudah cukup merepresentasikan sifat dermawan dari keluarga Habibie.

"Bahkan pengurus Dapur Jompo itu digaji, bukan relawan. Belum pernah ketemu sejak 20 tahun bekerja di sini. Kita hanya mendengar kalau beliau ada di Gedong. Biasanya kalau pulang dari Jerman sering istirahat di Gedong," ungkap Cucun.

Ketika kabar duka hinggap di Dapur Jompo, seluruh pengurus dan warga lansia di sana sangat merasakan kehilangan.

"Sedih pisan walaupun belum pernah ketemu ada ikatan emosional. Kita sangat sedih," kata dia.

Baca juga: Ingin Hubungan Langgeng seperti Habibie-Ainun, Ini 6 Tipsnya

Salah satu kegelisahan yang Cucun dan Teti rasakan, bagaimana nasib Dapur Jompo sepeninggal Ainun dam Habibie.

"Sekarang lagi nunggu kabar apakah Dapur Jompo dilanjut atau tidak. Kita inginnya masih lanjut. Orang kaya mah banyak, tapi yang konsisten seperti Pak Habibie dan Bu Ainun gak akan nemu lagi," ujarnya.

Sekitar pukul 10.30 WIB, warga lansia mulai berdatangan. Sebuah rantang disimpan di atas bangku mengantre untuk diisi hasil olahan Teti dan Cucun.

Miah, adalah satu dari 25 warga jompo yang kebagian jatah makanan. Wanita berusia 83 tahun itu berupaya mengingat bagaimana Habibie dan Ainun mendirikan Dapur Jompo.

Dengan ingatan seadanya, Miah menyebut saat itu Ainun datang bersama dua putranya yang masih kecil. Ia meminta persetujuan warga sekitar untuk membangun Dapur Jompo.

"Ibu Ainun sangat ramah. Walau ada nenek-nenek berpenampilan lusuh beliau tetap mau merangkul, berpelukan," ucap Miah dengan suara lirih.

Miah mengaku masih mengoleksi semua pemberian keluarga Habibie berupa 27 kain samping yang ia dapat tiap lebaran.

"Saya punya 27 samping yang dikasih pas lebaran. Semua jompo ngumpul di Gedong dikasih pakaian dan sembako," kenangnya.

Sukaesih (78), masih ingat saat ia disapa Habibie. Kala itu, ia berpapasan dengan Habibie saat hendak shalat Jumat.

"Gak tahu tahun berapa. Saat itu ada acara di Gedong, saya papasan sama Pak Habibie lalu nyapa saya, itu gak akan pernah lupa," ujar Sukaesih.

Meski Habibie dan Ainun telah tiada, Sukaesih menganggap nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan tak akan pernah pudar.

"Pak Habibie itu meninggal dengan keadaan wangi, meninggalkan kebaikan luar biasa bagi warga di sini," jelasnya.

Pukul 11.00 WIB, Teti dan Cucun merampungkan tugasnya membagikan makanan. Para warga jompo pun bergegas pulang dengan serantang nasi dan lauk pauk untuk disantap menjelang siang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com