Pada tahun 1973, Soeharto meminta BJ Habibie mengambil alih pengembangan Batam dari Pertamina.
BJ Habibie meminta agar pengembangan Batam diubah. Dia ingin pengembangan Batam dilakukan dengan caranya sendiri dan Soeharto menyetujuinya.
Untuk bisa mengalahkan Singapura, luas Pulau Batam yang hanya 75 persen dari negara tersebut harus ditambah dan memperluas wilayah Batam hingga ke pulau lain di sekitarnya yakni Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru, dengan membangun enam Jembatan Barelang.
Baca juga: Sepeninggal BJ Habibie, Megaproyek Meisterstadt Batam Tetap Jalan
Sebagai konseptor dan orang pertama yang menjadi Kepala Otorita Batam (BP Batam), BJ Habibie ingin Batam menjadi wilayah khusus ekonomi.
"Batam ini dibangun untuk bisnis dengan harapan mampu menyaingi Singapura," kata Habibie saat berkunjung ke Batam belum lama ini.
BJ Habibie ingin Batam menjadi ujung tombak pembangunan dan modernisasi Indonesia. Hingga akhirnya Batam diarahkan menjadi pusat industri di dalam negeri.
BJ Habibie dan keluarga menjalin kolaborasi bisnis dengan PT Pollux Properties Indonesia Tbk guna membangun megaproyek berkonsep superblok Meisterstadt Batam.
Baca juga: Harapan BJ Habibie Membangun Batam untuk Saingi Singapura
Tak tanggung-tanggung, nilai investasi superblok seluas 9 hektar di Batam Center ini, sekitar 1 miliar dollar AS atau ekuivalen Rp 14,01 triliun.
Meisterstadt Batam dirancang sebagai kawasan pertumbuhan baru yang mencakup 8 menara apartemen sejumlah 6.500 unit, hotel, komersial ruko, kampus perguruan tinggi, pusat belanja, rumah sakit internasional, dan menara perkantoran setinggi 350 meter
Total struktur yang akan dibangun seluruhnya mencapai 11 menara yang ditargetkan selesai dalam 10 tahun ke depan.
Baca juga: Jembatan Barelang dan Kenangan Habibie akan Batam
Ketua DPRD Kota Surabaya Adi Sutarwijono menunjukkan arsip foto BJ Habibie pada tahun 1985 saat peresmian status PAL menjadi Persero.
Jabatan itu diemban Habibie setelah dipanggil pulang kembali ke tanah air dari Jerman oleh Presiden Soeharto kala itu.
"Hingga sekarang, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang mampu memproduksi dan menguasai teknologi kapal selam. Itu tidak lepas dari jasa Pak Habibie. Dan yang membanggakan, itu diawali Habibie di Surabaya," ujarnya.
Baca juga: Jejak BJ Habibie di Kota Pahlawan Surabaya
Saat itu, MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional, dan dia tengah mendalami berbagai studi dan penelitian demi menghadirkan transportasi massal berupa proyek MRT.
Ada empat studi yang dimaksud, yaitu Jakarta Urban Transport Program (1986-1987), Integrated Transport System Improvement by Railway and Feeder Service (1988-1989), Transport Network Planning and Regulation (1989-1992), dan Jakarta Mass Transit System Study (1989-1992).
Keempat studi itu kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso (1997-2007). Konsep awalnya, MRT akan dibangun dengan konstruksi jalur bawah tanah yang disebut subway.
Pada 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan proyek ini sebagai proyek nasional.
Proyek infrastruktur lain yang juga digagas Habibie yakni Jalan Trans Papua. Namun pada saat itu, proyek sepanjang 4.330 kilometer yang terbentang dari Sorong hingga ke Merauke ini baru dikerjakan secara sporadis.
Baca juga: Dari MRT hingga Trans Papua, Legacy Infrastruktur BJ Habibie
Monumen ini terletak di kota kelahiran BJ Habibie yaitu Kota Parepare, Sulawesi Selatan.
Tepatnya di sebelah barat Lapangan Andi Makkasau, Jl Andi Isah, Kelurahan Malluse Tasi, Kecamatan Ujung Kota Parepare. Sekitar 153 kilometer dari Kota Makassar.
Monumen ini diresmikan langsung oleh BJ Habibie, ditemani dengan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang, dan Wali Kota Parepare Taufan Pawe di alun-alun Kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 12 Juni 2015.
Monumen tersebut berupa patung Habibie yang memakai jas dan kacamata, beserta sang istri memakai kerudung dan menggengam setangkai bunga.
Baca juga: Cinta Habibie-Ainun Abadi di Monumen Cinta Sejati Parepare
SUMBER: KOMPAS.com (Victoria Mantalean, Putra Prima Perdana, Deti Mega Purnamasari, Wijaya Kusuma, Mutia Fauzia, Moh Syafii, Gilang Satria, Hadi Maulana, Achmad Faizal, Dani Prabowo, Hilda B Alexander, Albert Supargo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.