Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jatuh Bangun Pemilik Warung Dian dan Barokah Unhas hingga Jadi Langganan Mahasiswa

Kompas.com - 10/09/2019, 06:30 WIB
Himawan,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

"Dulu waktu fakultas teknik ada di sini, masih ospek pra ospek semua lari (makan) ke sini," ucapnya.

Dikenal dari mulut ke mulut

Perjuangan panjang Warung Dian untuk menjadi langganan mahasiswa.

Kala itu di awal 90an tanpa sengaja ada sekelompok mahasiswa yang makan di warung itu. Mahasiswa tersebut suka dengan makanan yang disajikan hingga Warung Dian menjadi perbincangan hingga ke luar Unhas.

Harga yang murah dan cita rasa nasi ayamnya yang lezat membuat Warung Dian menjadi buah bibir. Bahkan di pusat-pusat perbelanjaan Warung Dian masih menjadi perbincangan mahasiswa.

"Jadi dikenal ini dari mulut ke mulut. Mahasiswa yang sudah makan pasti kasi tahu temannya kalau ada warung enak di Unhas. Sampai sekarang di era teknologi, bisa digoogling banyak mahasiswa yang sebar informasi tentang Warung Dian," Woro menambahkan.

Baca juga: Cerita Para Penikmat Kantin Mem USU, Warung Pilihan Mahasiswa yang Sedang Bokek

Hingga sekarang Warung Dian masih eksis. Harga nasi ayam dan nasi ikan yang paling mahal hanya Rp 10.000, dan paling murah nasi tempe hanya Rp 8.000.

Tempatnya kini pun cukup luas dan bangunan itu sudah menjadi milik pribadi Muji, ibu dari Woro.

Sementara satu warung yang juga menjadi langganan mahasiswa di area Workshop ialah Warung Barokah.

Warung ini berdiri pada tahun 2004. Di tahun itu, sudah banyak usaha makanan di area Workshop. Hal ini membuat Barokah jadi sepi peminat di awal bukanya.

"Nanti baru satu tahun jualan baru ramai," kenang Yuli (40) yang kala mendirikan warung Barokah bersama ibunya.

Setahun berjualan, Barokah menjadi langganan para mahasiswa yang ngekos dekat warung tersebut. Pasalnya harga makanan di warung ini cukup murah. Nasi pecel dihargai Rp 7.000.

Di lokasi Workshop di Universitas Hassanuddin (Unhas), berbagai jenis dagangan bertebaran. Di jam makan siang, keramaian akan bertambah dua kali lipat.KOMPAS.com/HIMAWAN Di lokasi Workshop di Universitas Hassanuddin (Unhas), berbagai jenis dagangan bertebaran. Di jam makan siang, keramaian akan bertambah dua kali lipat.
Diakui Yuli, menjual di lingkungan kampus yang juga dekat dengan indekos mahasiswa mendatangkan berkah seperti dengan nama warungnya.

Dengan harga yang murah, warungnya bisa menjadi laris dan per harinya menu makanan mulai dari gorengan hingga ayam krispi selalu habis.

"Awalnya hanya jual nasi pecel tapi karena banyak pendatang semua menu akhirnya buka menu lain," kata Yuli.

Di era milenial ini, Warung Dian dan Barokah masih menjadi tempat paling laris bagi para mahasiswa. Namun, warung ini tak selalu dipenuhi dengan mahasiswa.

Para alumni ataupun rombongan pendatang yang sedang lewat di area Workshop Unhas juga seringkali menjadi tempat persinggahan untuk melepas rasa lapar.

Khusus untuk alumni, dua warung ini menjadi tempat nostalgia untuk melepas kerinduan semasa menyandang status sebagai agen perubahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com