Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kisah Pasien Ditandu Menuju Puskesmas, Disebut "Ambulans Desa" hingga Selamatkan Ibu Melahirkan

Kompas.com - 10/09/2019, 05:25 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Seorang ibu hamil di Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten, bernama Kenti terpaksa harus ditandu ke puskesmas lantaran akses jalan rusak dan tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Setiba di puskesmas, janin berusia tujuh bulan yang masih dalam kandungan itu dinyatakan meninggal. Namun nyawa ibu berhasil diselamatkan.

Sementara itu di Pandeglang, seorang pasien sakit lambung terpaksa ditandu ke puskesmas karena jalan di desanya rusak.

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan hal tersebut bentuk partisipasi masyarakat yang berjalan baik.

"Itu saya sebut sebagai 'ambulans desa', 'ambulans kampung', jangan dilihat ditandunya, jangan lihat jalan rusaknya, tapi partisipasi masyarakatnya," kata Irna.

Tandu atau usungan menjadi salah satu solusi yang dilakukan warga saat harus mengevakusi orang sakit menuju ke pusat kesehatan terdekat. Apalagi jika akses jalan rusak dan tidak bisa dilewati kendaraan roda empat.

Berikut 7 kisah pasien yang harus ditandu menuju ke pusat kesehatan terdekat:

 

1. Pendarahan, ibu hamil ditandu 7 km

Pada Minggu (1/9/2019), Kenti harus ditandu sejauh 7 kilometer dari Kampung Nagahurip untuk menuju Kampung Gintung setelah mengalami pendarahan di kehamilan tujuh bulan.

Dari Kampung Gintung, Kenti dibawa menggunakan pikap milik warga menuju pusat kesehatan di Kecamatan Panggarangan.

Jalan yang dilalui kondisinya rusak, sehingga mobil tidak bisa berjalan mulus hingga ke Puskesmas.

Kondisi jalan yang rusak diduga menjadi penyebab bayi dalam kandungan Kenti meninggal dunia.

"Meninggal diperkirakan di perjalanan, kan naik mobil losbak, jalannya kurang bagus, di jalan kegojlok-gojlok," kata Dani keponakan Kenti.

Baca juga: Ibu Hamil Ditandu Sejauh 7 Km karena Jalan Rusak, Bayi Dalam Kandungan Meninggal

 

2. Korban banjir bandang ditandu sejauh 22 km

Rotto (55) warga Desa Batangguru yang ditandu warga menempuh jarak 22 km dan melewati belasan titik longsor saat berada di Puskesmas Sumarorong, Sabtu (9/3/2019). Rotto mengalami patah tulang paha dan tulang lengan. KOMPAS.com/JUNAEDI Rotto (55) warga Desa Batangguru yang ditandu warga menempuh jarak 22 km dan melewati belasan titik longsor saat berada di Puskesmas Sumarorong, Sabtu (9/3/2019). Rotto mengalami patah tulang paha dan tulang lengan.
Marten Luther Rotto (55), salah satu korban banjir bandang dari Desa Batangguru, Kecamatan Sumarorong, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, harus ditandu sejauh 22 kilometer untuk menuju puskesmas terdekat.

Sebelumnya, ia berjuang menyelamatkan diri dari amukan banjir bandang yang menerjang rumahnya.

Rotto yang ditemui di Puskesmas Sumarorong mengaku tak bisa berjalan dan menggerakkan salah satu tangannya lantaran tulangnya patah setelah tertimpa reruntuhan rumah dan material yang terbawa longsor dan banjir bandang.

“Kaki dan tangan saya tak bisa digerakkan. Saya sempat dihantam reruntuhan rumah dan material yang terbawa longsor, untungnya masih selamat,” ujar Rotto kepada Kompas.com, Sabtu (9/3/2019).

Baca juga: Korban Banjir Bandang Ditandu Sejauh 22 Km Lewati Belasan Titik Longsor untuk Sampai Puskesmas

 

3. Sakit lambung, pasien ditandu ke puskesmas

Juanedi (40), warga Kampung Leuwi Buled, Desa Leuwi Balang, Kecamatan Cikeusik, Pandeglang, Banten terpaksa ditandu ke Puskesmas Cikeusik oleh keluarga dan tetangga lantaran akses jalan rusak parah sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.

Jarak dari rumah Juanedi ke puskesmas sejauh enam kilometer. Namun setelah menempuh jarak empat kolometer, ada kerabat yang membawa mobil dan Juanedi dibawa ke puskesmas terdekat.

Bupati Pandeglang Irna Narulita menanggapi kasus tersebut.

Menurut Irna, hal tersebut merupakan bentuk partisipasi masyarakat yang berjalan baik.

"Itu saya sebut sebagai ambulans desa, ambulans kampung, jangan dilihat ditandunya, jangan lihat jalan rusaknya, tapi partisipasi masyarakatnya," kata Irna.

Baca juga: Lagi, Warga Sakit Ditandu di Pandeglang karena Jalan Rusak

 

4. Mobil terjebak lumpur, ibu hamil ditandu

Ambulans yang mengantar ibu hamil bernama Desriani (22) asal desa Minanga, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terjebak lumpur pasca longsor, Kamis (02/05/2019) foto: Sutrayani KOMPAS.com/AMRAN AMIR Ambulans yang mengantar ibu hamil bernama Desriani (22) asal desa Minanga, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terjebak lumpur pasca longsor, Kamis (02/05/2019) foto: Sutrayani
Seorang ibu hamil bernama Desriani (22) asal Desa Minanga, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, terpaksa ditandu sejauh 3 kilometer setelah ambulans yang membawanya terjebak material longsor.

Bidan Sutrayani yang mendampingi pasien mengatakan bahwa mobil ambulans yang mengantar pasien terjebak di jalan karena longsor.

“Setelah lolos dari lumpur, kami melanjutkan perjalanan, tiba di Rumah Sakit Hikmah sekitar pukul 16.00 Wita. Alhamdulillah ibu dan bayinya selamat, melahirkan dengan operasi sesar,” ucapnya.

Baca juga: Viral, Kisah Ibu Hendak Melahirkan Ditandu 3 Km dan Terjebak Lumpur

 

5. Ari-ari tertinggal, ibu hamil ditandu ke puskesmas

Soimah, warga Dusun Marano, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, terpaksa ditandu dengan sarung untuk menuju ke pusat kesehatan terdekat saat akan melahirkan.

Namun di tengah perjalanan, Soimah kesakitan dan mereka terpaksa berhenti di perkampungan Transmigrasi Marano dan Soimah melahirkan anak keduanya di sana, Selasa (16/7/2019).

Setelah melahirkan, ari-ari bayi masih tertinggal di rahim sehingga Soimah harus melanjutkan perjalanan ke Puskesmas Ranga-ranga.

Dia ditandu belasan warga secara bergantian melintasi hutan dan jalan yang terjal, berkerikil, serta licin.

Setelah menempuh perjalanan 4 jam dengan tandu, Soimah sampai di Puskesmas Ranga-ranga.

Namun karena pihak Puskesmas tidak bisa menangani, maka Soimah di rujuk ke rumah sakit di Mamuju.

Baca juga: Cerita Dibalik Ibu Hamil Ditandu Sarung, Jalan Kaki 4 Jam hingga Ari-ari Tertinggal di Rahim

 

6. Lumpuh, pasien wanita ditandu ke kota

Demi berobat, wanita lumpuh ditandu warga ke kota mamasa secara bergantian sejauh 6 kilometerKOMPAS.com Demi berobat, wanita lumpuh ditandu warga ke kota mamasa secara bergantian sejauh 6 kilometer
Betti (47), seorang wanita asal Desa Taupe, Mamasa, Sulawesi Barat, terpaksa ditandu warga secara bergantian sejauh 6 kilometer menuju Rumah Sakit Banua Mamase, di Kelurahan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Senin (14/1/2019) kemarin.

Aski, salah satu warga mengatakan desanya belum bisa dijangkau kendaraan roda empat sehingga jika ada warga yang sakit harus ditandu.

“Desanya belum bisa dijangkau kendaraan, makanya ditandu menggunakan sarung melintasi pegununagn dan jalan licin,” kata Aski, Sabtu (19/1/2019).

Baca juga: Kisah Wanita Lumpuh dari Desa Harus Ditandu 6 Kilometer demi Berobat di Kota

 

7. Polisi ditandu 10 km karena sakit

Anggota kepolisian Polda Sulawesi Barat terpaksa ditandu warga secara bergantian melewati hutan belantara karena sakit.

Diduga ia kelelahan saat mengawal distribusi logistik pemilu ke lokasi terpencil di Desa Takaroangan, Kelurahan Mamuyu, Kecamatan mamuju, Kabupaten mamuju, Sulawesi Barat Rabu (17/4/2019).

Proses evakuasi hanya dilakukan dengan tandu sederhana dan melewati perbukitan terjal dengan jarak 10 kilometer yang ditempuh dengan waktu empat jam.

Jalur yang dilewati tidak bisa dilalui kendaraan bermotor dan hanya bisa diilewati dengan jalan kaki.

Anggota kepolisian tersebut, baru dievakuasi menggunakan ambulans setelah tiba di Desa Tamasapi. Dia langsung dibawa menuju ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk mendapatkan perawatan.

Baca juga: Sakit karena Kelelahan Kawal Logitik Pemilu, Polisi Ditandu 10 Km dari Tengah Hutan

SUMBER: KOMPAS.com (Acep Nazmudin, Junaedi, Amran Amir)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com