MAUMERE, KOMPAS.com- Pagi itu, Sabtu (7/9/2019), setelah menikmati matahari terbit dari Bukit Batu Purba di Pulau Kojadoi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, NTT, kami menyusuri gang yang membelah perkampungan di pulau mungil itu.
Ditemani seorang warga bernama Ancol, kami diajak menuju ke rumah sampah yang ada di tengah kampung.
Rumah sampah itu dikelola oleh seorang penderita ODGJ (orang dengan gangguan jiwa).
Awalnya kami cemas dan khawatir. Takutnya terjadi di luar dugaan saat menemui penderita ODGJ.
Baca juga: Kisah Tragis Rozian, Santri yang Tewas Ditusuk Saat Menunggu Ibunya...
Lima menit berselang, kami memberanikan diri bertemu sang pengelola rumah sampah itu.
Kami penasaran, bagaimana bisa seorang yang menderita gangguan jiwa bisa mengurus dan mengelola rumah sampah.
Kami berhenti tepat di depan sebuah rumah panggung. Rumah tersebut berbeda dengan rumah-rumah yang lain.
Pintu depannya dipenuhi sampah-sampah yang bergelantungan. Sampah-sampah tertata rapi di pagar depan rumah.
Tak lama, pemilik rumah muncul di balik pintu. Ia mengenakan topi, baju kaus berkerah dan celana pendek seperti orang kebanyakan.
Tak ada tanda-tanda bahwa ia seorang dengan gangguan jiwa.