Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Penelusuran AIMAN: Misteri Hilangnya 3 Siswa Magang 9 Tahun Lalu

Kompas.com - 09/09/2019, 10:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Kalau memang sudah meninggal, saya ikhlas. Tapi ini tak ada kabar, Mas. Saya tidak tahu, apakah anak saya ini masih hidup atau sudah mati. Kalau masih hidup, bagaimana keadaannya sekarang. Bahagia, sengsara, atau tersiksa.. saya tak kuat kalo ingat ini, Mas!"

Kepada saya, Lucia Martini menceritakan kegundahan hatinya.

Ia tak tahu lagi bagaimana mencari anaknya, Ignatius Loyola Denny Murdani, yang tiba-tiba hilang 9 tahun lalu.

Martini berterima kasih karena kisah ini diangkat. Ia berharap kisah ini bisa meluas dan berujung pada kabar anaknya.

Kegundahan yang sama juga dirasakan Joko Priyono. Ia kehilangan putranya, Ginanjar Nugraha, di saat yang sama. Ia bahkan telah mencari hingga ke luar pulau, namun nihil hasilnya.

Ganjar, Denny, dan satu orang lagi, Agiel Ramadhan, mengikuti program magang dari sekolahnya di SMK Negeri (SMKN) 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta. Mereka hilang 9 tahun lalu.

Magang, tapi dipekerjakan

Kejadian bermula pada November 2009. Setelah difasilitasi dan direkomendasikan pihak sekolah, bahkan oleh sang Kepala Sekolah kala itu, Ahmad Fuadi, sebanyak 72 Siswa SMKN 1 Sanden Bantul, Yogyakarta mengikuti program magang, bagian dari kurikulum sekolah.

Kegiatan magang dilakukan di Bali, tepatnya di Pelabuhan Benoa. Tempat itu dipilih karena melayani pelayaran internasional.

Ke-72 siswa SMK ini ditempatkan di berbagai perusahaan. Ada yang ditempatkan di kapal barang, kapal penumpang, hingga kapal pencari ikan.

Kebetulan ketiga siswa ini, Ginanjar, Denny, dan Agiel, ditempatkan di kapal KM Jimmy Wijaya yang merupakan kapal pencari ikan.

Mereka diarahkan pihak sekolah untuk ditempatkan di kapal ini. Orang tua Denny, Martini Martini bercerita, meski magang, putranya dijanjikan mendapat upah hingga Rp 8 juta.

Dua bulan berlayar, lancar-lancar saja. Putra-putra mereka bahkan selalu menelpon saat bersandar di pelabuhan. Diantaranya di Merauke, Papua dan Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Denny sempat meminta uang untuk membeli pulsa kepada ibunya saat bersandar di Merauke, Papua.

"Ibu, tidakkah sebuah kejanggalan, anak ibu yang magang dijanjikan gaji perbulan Rp 8 juta, tapi setelah dua bulan berjalan kok meminta dibelikan pulsa ke ibu?” tanya saya.
Martini baru menyadari kejanggalan ini.

"Saya enggak pernah berpikir sejauh itu, Mas. Saya baru ngeh, setelah Mas tanyakan ini!" kata Martini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com