Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Anak Tukang Becak Raih Gelar Doktor di Usia 27 Tahun

Kompas.com - 08/09/2019, 12:03 WIB
Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com – Lahir dari keluarga miskin, tidak membuat minder Lailatul Qomariyah, mahasiswa Institut Tekhnologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, untuk mengukir prestasi akademik yang cemerlang.

Di usianya yang baru menginjak 27 tahun satu bulan, anak sulung pasangan dari Saningrat (43) dan Rusmiati (40), asal Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, telah meraih gelar doktor teknik kimia di Fakultas Tekhnologi Industri, ITS Surabaya.

Disertasinya tentang aplikasi silika untuk solar sel yang berjudul "Controllable Characteristic Silica Particle and ITS Composite Production Using Spray Process", berhasil dipertahankan di hadapan para pengujinya pada Rabu (4/9/2019) kemarin.

Baca juga: 5 Berita Terpopuler: Akhirnya PBB Ikut Pemilu dan Kisah Anak Tukang Becak yang S3 di Inggris

Dari 80 mahasiswa lebih yang mengikuti program doktoral, hanya Lailatul Qomariyah yang siap mengikuti sidang terbuka dan dinyatakan lulus dengan nilai IPK 4.0.

Laila, sapaan akrabnya, juga satu-satunya mahasiswa di kampusnya yang mampu menyelesaikan kuliah secara singkat, dari jenjang S2 ke S3, hanya dalam jangka waktu tiga tahun.

Lailatul menceritakan perjalanan akademiknya yang tergolong cukup singkat. Setelah lulus dari SMAN 1 Pamekasan tahun 2011, Laila melanjutkan ke ITS Surabaya setelah berhasil meraih beasiswa.

Lulus S1 Fakultas Tekhnologi Industri, Laila kemudian melanjutkan ke program pasca-sarna S2 di fakultas yang sama. Di jenjang ini, perempuan yang selalu meraih ranking 1 sejak SD hingga SMA ini, hanya menjalani studi selama tiga bulan melalui program fast track.

"Selama S2, ada target IPK harus 3,5 jika mau dinyatakan lulus dalam program fast track. Alhamdulillah, IPK saya melampaui ketentuan itu karena IPK saya 4.0 sehingga S2 saya hanya tiga bulan," terang Laila, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/9/2019).

Perempuan yang punya hobi nonton debat berbahasa Mandarin di tv ini kembali menceritakan, setelah lulus S2 program fast track, Laila kembali mendapatkan beasiswa melalui Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU).

Baca juga: Petani Pamekasan Bakar Tembakau karena Harga Anjlok

Dari teman-teman satu angkatannya, hanya Lailatul seorang yang bisa mendapatkan PMDSU dari Kementrian Riset dan Tekhnologi Pendidikan Tinggi.

Masuk sebagai mahasiswa program doktoral, Laila langsung mendapatkan beasiswa untuk melakukan riset ke Jepang dalam rangka persiapan riset disertasi yang diajukannya, tentang pemanfaatan aplikasi silika solar sel sebagai pengganti energi yang dihasilkan dari minyak bumi dan batubara.

Di Jepang, Laila tinggal sendirian dari tahun 2017 sampai 2018, karena hanya dirinya satu-satunya mahasiswa yang bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

"Happy saja meskipun sendirian di Jepang. Ini semata-mata untuk mencapai cita-cita dan demi ilmu pengetahuan," ujar perempuan kelahiran 16 Agustus 1992.

Pulang dari Jepang, kakak kandung dari Ruslan Hamadani dan Maulidi Cahyono ini, langsung menuntaskan disertasinya.

Dua profesor doktor yang menjadi promotor Laila, dan lima penguji dalam sidang terbuka, telah meluluskan Laila.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com