Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinggal di Huntara, Penyintas Bencana Tanah Bergerak di Sukabumi Kesulitan Air Bersih

Kompas.com - 07/09/2019, 15:05 WIB
Budiyanto ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Selain belum mendapatkan aliran listrik secara tetap, penghuni hunian sementara (huntara) yang merupakan penyintas bencana tanah bergerak di Desa Kertaangsana, Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, masih kesulitan mendapatkan air bersih.

Hal tersebut terjadi karena daya listrik untuk menyedot air dari sumur tidak kuat.

Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menggunakan generator untuk menyedot dan menyalurkan air bersihnya.

Kesulitan air bersih yang dialami para penyintas ini masih terjadi meski semua bak penampung air diperbaiki.

Sebelumnya, ada satu bak air yang temboknya jebol setelah mendapat pasokan air dari mobil tangki berkapasitas 8.000 liter.

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Sukabumi Eka Widiaman membenarkan ada kesulitan untuk menyalurkan air bersih dari sarana air yang sudah disediakan, karena daya listrik tidak kuat.

"Sementara untuk penyaluran air bersih memanfaatkan mesin generator untuk menyedot air dari sumur," kata Eka kepada wartawan saat di lokasi huntara di Kampung Rawamenong, Nyalindung, Kamis (5/9/2019) kemarin.

Baca juga: Penghuni Huntara Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Belum dapat Aliran Listrik

Sejumlah penyintas di huntara mengakui, hingga saat ini masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih.

Untuk itu, warga di antaranya membeli air bersih galon untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari seperti minum dan memasak.

"Kalau untuk minum dan memasak beli air minum isi ulang per galon Rp 6.000. Kalau untuk mencuci piring dan mandi menunggu air ada di kamar mandi," ujar Yanti (37) saat berbincang dengan Kompas.com di Huntara Nyalindung.

Hal senada diungkapkan Eem (45), yang selama tinggal atau menempati huntara ini sudah kesulitan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih di tempat mandi cuci kakus (MCK), dia harus menunggu torennya penuh.

"Alhamdulillah kami bisa menempati huntara, tapi saat ini kami masih kesulitan air bersih. Jadinya untuk mandi dan mencuci juga susah," ucap Eem.

Salah seorang penyintas, Ocim (49) menerangkan, warga sampai harus mengadakan iuran untuk mendapat air bersih.

"Makanya menggunakan mesin genset, tapi perlu bahan bakar. Akhirnya warga iuran untuk mendapatkan air bersih" kata Ocim.

Dia mengatakan, untuk mendapatkan air bersih, sedikitnya tiga toren sekitar 4.000 hingga 6.000 liter air, dibutuhkan bensin sekitar 3 liter.

"Tidak semua toren yang ada bisa terisi penuh. Di sini ada empat toren di empat MCK," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com