Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Kendali Pasar Tradisional Tak Sebatas Urusan Ekonomi

Kompas.com - 06/09/2019, 19:01 WIB
Hotria Mariana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pasar tradisional merupakan penopang utama perekonomian suatu daerah. Jika gerak para pedagangnya terhambat, maka ekonomi daerah tersebut bisa terganggu.

Tak hanya menyangkut perekonomian, kehadiran pasar tradisional juga menyangkut budaya tawar-menawar dan interaksi sosial. Dengan begitu, kesenjangan ekonomi masyarakat bisa terurai.

Atas dasar itulah Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Atalia Praratya Kamil mengimbau masyarakat agar tetap berbelanja di pasar tradisional.

Adapun imbauan tersebut diungkapkannya melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (6/9/2019).

Baca juga: Atalia Kamil Bakal Luncurkan Dua Buku Anak di Festival Literasi 2019

Dengan begitu, diharapkan jumlah kunjungan ke pasar tradisional bisa meningkat di tengah maraknya kehadiran pasar modern dan situs belanja online.

Salah satu pasar tradisional yang ada di Jabar adalah Pasar Rajapolah.

Hasil kerajinan anyaman yang bisa ditemukan di Pasar Rajapolah. Selain unik, harga jualnya pun murah. Namun tidak mengurangi kualitas, bahkan hampir sama dengan barang yang dijual di toko. Dok. Pemprov Jawa Barat Hasil kerajinan anyaman yang bisa ditemukan di Pasar Rajapolah. Selain unik, harga jualnya pun murah. Namun tidak mengurangi kualitas, bahkan hampir sama dengan barang yang dijual di toko.
Pasar tersebut terkenal sebagai penghasil kerajinan terbaik untuk Jawa Barat, khususnya anyaman mendong, pandan, enceng gondok, dan lain sebagainya.

Deretan kios penjual anyaman tangan yang memenuhi jalanan menjadi bukti bahwa daerah tersebut menjadi sentra industri rumahan di Kabupaten Tasikmalaya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Usulkan Jawa Barat Digabung dengan Jakarta

"Teman-teman di wilayah ini bahu-membahu dalam kelompok tertentu untuk menghasilkan karya," kata Atalia yang sekaligus Duta Pasar Rakyat Jabar.

Produk anyaman tersebut dijual dalam bentuk bervariasi, mulai dari tas, topi, dompet, hingga tempat pensil.

Selain unik, harga jualnya pun murah. Namun tidak mengurangi kualitas, bahkan hampir sama dengan barang yang dijual di toko.

"Produk anyaman dari Kabupaten Tasikmalaya tersebut sangat diminati, sehingga ini bisa jadi contoh bagi yang lainnya," imbuh Ketua PKK Jabar tersebut.

Baca juga: Bupati Sumedang Sebut Wilayahnya Layak Jadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat

Dari situ Atalia berharap sentra perajin dan pelaku usaha di Desa Wisata Kampung Kreatif Sukaruas bisa meningkatkan potensi serta inovasi. Ini agar hasil kriyanya juga menjadi produk unggulan Jabar, sehingga semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas.

"Mudah-mudahan kunjungan ini dapat menambah semangat para pelaku usaha khususnya di Kabupaten Tasikmalaya, sehingga bisa meningkatkan produksinya, termasuk dapat menumbuhkan ide-ide baru," pungkasnya.

Adapun mendong merupakan tumbuhan liar sejenis rumput yang panjangnya hampir satu meter dan tumbuh di rawa-rawa.

Proses pengolahan mendong hingga menjadi kerajinan dimulai dengan dikeringkan, kemudian dianyam secara manual menjadi tikar, tas dan berbagai produk kriya lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com