Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pimpin Jabar, Pengamat Sebut Ridwan Kamil-Uu Punya Masalah Komunikasi

Kompas.com - 06/09/2019, 08:27 WIB
Dendi Ramdhani,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pakar Hukum dan Tata Negara Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Asep Warlan Yusuf menyebut, pola komunikasi masih jadi problem besar bagi pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul selama setahun menjabat sebagai pimpinan Provinsi Jawa Barat.

Asep menilai, Ridwan Kamil-Uu belum bisa membangun komunikasi yang baik dengan kepala daerah.

Padahal, kata Asep, pola komunikasi semacam itu penting guna menjaga keselarasan program pembangunan Pemprov Jabar di daerah.

"Harus membangun komunikasi keselarasan dengan kabupaten kota. Tidak mungkin juara itu hanya di Jabar, tapi dia harus memastikan juara itu juga diikuti dan dirasakan oleh kabupaten kota," kata Asep, saat dihubungi, Jumat (6/9/2019).

Baca juga: Setahun Pemerintahan Ridwan Kamil-Uu, DPRD Jabar: Gembar-gembor Program, Serapan Minim

Asep khawatir, hambatan komunikasi Ridwan Kamil-Uu dengan kepala daerah bisa menyebabkan visi misi program Jabar Juara tak terjemahkan dengan baik.

"Itu yang agak sanksi, apakah Emil mengajak keberhasilan Jabar sebagai keberhasilan daerah? Jangan sampai Emil itu ngabret sendiri, tapi sesungguhnya dia tidak bisa kick off sama-sama dengan kabupaten kota," ujar Asep.

Ia juga menyoroti perihal sumbatan komunikasi Ridwan Kamil-Uu dengan DPRD Jabar.

Ia berharap, Ridwan Kamil-Uu bisa membina keharmonisan dengan semua perwakilan legislatif dari semua partai politik, bukan hanya partai pendukung.

"Komunikasi politik itu penting dengan dewan, jangan dianggap dewan itu penghambat, mengganggu, karena itu harus bagus komunikasinya. Bukan semua keinginan dewan dipenuhi, tapi jangan juga dewan dilecehkan meskipun tak mengenal koalisi dan oposisi," tutur dia.

Adapun soal gestur kepemimpinan, Asep berpendapat Ridwan Kamil masih mempertahankan karakternya sebagai single fighter.

Meski pun sudah ada pembagian porsi kerja, Uu Ruzhanul dianggap hanya sebatas pelengkap.

"Kalau istilah main sendiri memang sudah gayanya. Single fighter, one man show, tapi dalam regulasi sudah berbagi peran secara proporsional dengan Wagub. Misalnya Pak Uu urus soal desa, gubernur urus kebijakan. Kadang kan publik tidak merasakan apa yang dikerjakan oleh Wagub, seperti mengikuti saja, seperti pelengkap penderita," papar Asep.

Pandangan senada juga diungkapkan pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi.

Baca juga: Setahun Jadi Gubernur, Ridwan Kamil Akui Banyak Proyek Setengah Matang

 

Menurut dia, ada situasi di mana Ridwan Kamil-Uu tidak memahami hak dan kewajiban dia sebagai perwakilan pemerintah pusat di daerah.

"Beberapa kali juga offside. Contohnya, pengembangan KEK Pangadaran. Dalam pemahaman saya seharusnya yang muncul  bupatinya. Pemprov jadi pendampingnya yang mendorong. Selama ini, yang muncul justru kang Emil sendiri. Saya kira ini ada pemahaman yang kurang clear," ungkap dia.

Muradi juga melihat, Ridwan Kamil-Uu tak memiliki sosok yang bisa menjahit komunikasi dengan lembaga legislatif baik dengan partai pengusung atau partai lainnya.

"Saya enggak tahu masalahnya di Kang Emil atau orang sekelilingnya. Saya kira beliau butuh LO politik yang bisa menentramkan hubungan Kang Emil dengan DPRD, Parpol, kepala daerah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com