Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghuni Huntara Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Belum dapat Aliran Listrik

Kompas.com - 05/09/2019, 20:11 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Penyintas  bencana tanah bergerak mengeluhkan lambatnya pemasangan jaringan listrik di  hunian sementara (huntara) Kampung Rawa Menong, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat.

Sebelumnya sebanyak 74 unit huntara dalam 37 kopel telah diresmikan penggunaannya, pada Sabtu (31/8/2019) oleh Bupati Sukabumi Marwan Hamami yang diwakilkan kepasa Asisten Daerah Ade Setiawan.

Bangunan huntara tersebut diperuntukkan bagi penyintas bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu desa setempat.

Huntara yang dibangun material rangka baja ringan dengan dinding partisi serta lantai tembok itu sudah mulai dihuni para penyintas secara bertahap sejak Minggu (1/9/2019).

Baca juga: Cerita Penyintas Kebakaran Huntara Kompas, Panik Lari Saat Sedang Mandi, hingga Disumbang Baju

Hingga Kamis (5/9/2019) hampir 50 persen, para penyintas mulai mengisi huntara, dan sisanya masih tahap merapikan ruangan dengan luas 4x4 meter persegi itu.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Maman Suherman membenarkan bila pemasangan jaringan listrik di huntara ada keterlambatan.

Mengenai keterlambatan ini, dia sudah kembali melakukan komunikasi dengan pihak PLN.  Informasi yang dia terima bila pemasangan jaringan listrik di huntara ini diperlukan sedikitnya pemasangan tiga tiang untuk membentangkan kabel.

"Untuk pemasangan tiang listrik ini, PLN harus mengajukan ke tingkat provinsi. Dan sekarang  hanya tinggal menunggu saja, ya mudah-mudahan bisa secepatnya," kata Maman saat meninjau kembali lokasi huntara kepada Kompas.com di Nyalindung, Kamis (5/9/2019).

Baca juga: Syukur Penyintas Tanah Bergerak Sukabumi, Pindah ke Rumah Sementara Meski Hanya 4x4 Meter

Rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun Pemkab Sukabumi untuk penyintas bencana tanah bergerak di Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (31/8/2019).KOMPAS.com/BUDIYANTO Rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun Pemkab Sukabumi untuk penyintas bencana tanah bergerak di Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (31/8/2019).
Dia menuturkan selanjutnya pemasangan listrik ke rumah-rumah di huntara ini disesuaikan dengan data pelanggan PLN sebelumnya saat di rumah yang di lokasi bencana.

"Bukan pemasangan baru, tapi Kwh yang di rumah di lokasi bencana dipindahkan ke sini (huntara) sesuai nama pelanggannya atau nama kepala keluarga penyintas," ujar dia.

"Pemindahan Kwh ini juga baru bisa dilaksanakan setelah para penyintas menghuni masing-masing huntara setelah diresmikan," sambungnya.

Untuk sementara ini, dia mengatakan, aliran listrik ke masing-masing huntara memanfaatkan listrik dari yang digunakan saat proses pembangunan huntara.

Salah seorang penyintas, Eem (45) mengakui bila huntara yang dihuninya sudah terpasang instalasi listrik. Namun belum tersambung dengan aliran listrik, karena Kwhnya belum dipindahkan.

"Untuk sementara dapat aliran listrik dari menyambung ke listrik yang sudah ada. Dipasangin sama tetangga," aku Eem saat berbincang dengan Kompas.com di huntara pada Selasa (3/9/2019) beberapa hari lalu.

Baca juga: Penyintas Tanah Bergerak di Sukabumi Siap Tempati Hunian Sementara

Empat bulan mengungsi

Sebelumnya diberitakan penyintas bencana tanah bergerak di Kampung Gunungbatu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, Jawa Barat, bersyukur karena akhirnya bisa menempati hunian sementara (huntara) mulai Sabtu (31/8/2019).

Setelah empat bulan mengungsi, sebanyak 74 kepala keluarga (KK) penyintas akan menempati huntara karena ada tempat yang lebih layak dari pos pengungsian meski bangunan huntara yang akan ditempati berukuran 4 x 4 meter persegi, tidak seperti rumah sebelumnya.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan hingga Minggu (5/5/2019) bencana tanah bergerak melanda RT 01, 02 dan 03 RW 09. Jumah rumah dan penduduk bertambah menjadi 129 runah dengan penduduk sebanyak 161 kepala keluarga (KK) yang berjumlah 482 jiwa.

Sebelumnya terdata sebanyak 109 rumah dengan jumlah penduduk sebanyak 110 KK yang berjumlah 354 jiwa.

Rumah yang tidak dapat dihuni atau rusak berjumlah 90 rumah, fasilitas umum berjumlah 3 unit, sawah terancam 26 hektar dan jalan provinsi sepanjang 200 meter rusak. 

Baca juga: Peluk dan Tangis Korban Bencana Tanah Bergerak, Tak Bisa Lebaran di Rumah Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com